Teguh: Biang Pengganggu Perdamaian Semenajung Korea Terprediksi

RMOLBanten. Suasana positif ke arah perdamaian di Semenanjung Korea terganggu. Sudah terprediksi, gangguan itu datang dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.


"Trump tetap menggunakan retorika yang menyudutkan  Korea Utara. Berbagai diksi yang disampaikan pejabat-pejabat pemerintahannya menyakiti telinga dan perasaan Korea Utara," tulis Teguh.

"Trump harus menghentikan aksi koboi, termasuk komentar-komentarnya yang memprovokasi dan merendahkan," kata dia.

Teguh mengirimkan pernyataannya dari Venezuela di sela kesibukan memantau proses pemilu di negara itu. Teguh menjadi bagian dari tim pemantau pemilu internasional yang diundang Dewan Pemilihan Nasional (CNE) Venezuela.

Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini menambahkan, latihan perang antara Korea Selatan dan Amerika Serikat di kawasan perbatasan sedikit banyak juga berdampak pada kelanjutan  pembicaraan damai. Termasuk rencana pembicaraan antara Kim Jong Un dan Donald Trump.

Latihan perang bernama Max Thunder 2018 itu melibatkan persenjataan dan peralatan tempur canggih kedua negara, termasuk pengerahan pesawat pengebom nuklir B-52 Stratofortress dan pesawat tempur anti radar F-22 Raptor.

"Korea Utara sudah memperlihatkan komitmen mereka meredakan ketegangan. Mereka setuju denuklirisasi dan sudah menjadwalkan penutupan fasilitas nuklir. Tetapi sudah barang tentu mereka juga tidak mau menjadi sitting duck. Peredaan ketegangan adalah tanggung jawab kedua pihak," ujar Teguh lagi.

Teguh melanjutkan, Korea Utara tidak mau dianggap berada di bawah tekanan AS. Keinginan Korea Utara konsisten, tidak ingin ada pihak lain yang menginterfensi pembicaraan damai.

"Bagi Korea Utara, latihan militer Korea Selatan dan AS di perbatasan adalah ancaman nyata terhadap kedaulatan dan keselamatan Koreu Utara," demikian Teguh. [dzk