KAHMI: Tindakan Represif Polisi Hadapi Pendemo Ancam Demokrasi

RMOLBanten. Tindakan represif aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terhadap aksi mahasiswa HMI MPO saat memperingati 20 Tahun Reformasi di depan Istana Negara beberapa waktu yang lalu disesalkan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).


Demikian disampaikan Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Viva Yoga Mauladi, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, (Kamis, 24/5).

"Itu sangat tidak bijaksana," tegasnya di sela-sela diskusi yang diselenggarakan Indonesian Democracy Monitor (InDEMO) bertajuk 'Partai Politik dan Pilkada Serentak, Meningkatkan Kualitas Demokrasi Melalui Politik Elektoral' di kawasan Jalan Lautze Raya, JakartaPusat, Rabu (23/5).

Tugas aparat kepolisian, kata Viva, adalah memberikan pengayoman kepada masyarakat. Karenanya, kalaupun ada aspirasi pendemo yang berbeda dengan pandangan pemerintah, polisi harus tetap melindungi, bukan malah menghajar habis-habisan.

"Kan tidak boleh dalam era demokrasi melakukan tindakan represif seperti sekarang ini. Jadi kami minta polisi jangan represif," tegas Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Kalaupun ada tindakan mahasiswa yang sedikit nakal, lanjutnya, sudah seyogyanya aparat memberikan toleransi. Sebab jika tidak, Anggota DPR RI ini khawatir tindakan represif justru memantik aksi unjuk rasa yang lebih besar.

"Jangan kemudian melakukan tindakan represif sehingga akan mengundang tindakan dan gelombang aksi yang berskala luas nasional. Jangan sampai seperti itu. Yang kita inginkan adalah proses demokrasi sebagai hak politik yang harus dilindungi. Dan jika itu tidak dilindungi maka akan menyebabkan kebatinan bangsa ini bisa menjadi mampet dan itu sangat berbahaya bagi proses demokrasi bangsa ini," pungkasnya. [dzk]