Di Mana Keraton Banten Sekarang?

KALAU saja jarum jam sejarah bisa diputar ulang ke awal milenium pertama, barangkali orang Banten sekarang akan bangga, karena memiliki empat buah istana sekaligus.


Lebih-lebih keraton pertama, yang diduga berasal dari awal abad Masehi. Menurut Pangeran Wangsakerta, dalam beberapa karya sastra sejarah berbahasa Jawa Madya, keraton Jawa bagian kulon itu berlokasi di Rajatapura, yang konon pernah memainkan peran sebagai ibukota dari sebuah kerajaan bernama Salakanagara.

Sayangnya naskah itu tidak pernah menunjuk pada satu titik yang memungkinkan kita bisa menemukan lokasi yang sesungguhnya. Di mana dan bagaimana keraton itu? Hingga saat ini belum bisa dibayangkan.
Sayangnya pula, penelitian arkeologi tidak pernah berhasil.

Alih-alih menemukan puing dan reruntuhan, jejaknya pun belum juga ditemukan. Kalau saja ada seorang arkeolog mampu membuktikan keberadaan keraton Salakanagara itu, sekali lagi kita berandai, betapa sukacitanya orang Banten, karena empat abad sebelum berdirinya Kerajaan Tarumanagara, sebuah negeri bercorak Hindu, yang telah mengukuhkan tanda kekuasaannya pada prasasti Sanskerta di Cidanghyang, Pandeglang, telah berdiri sebuah keraton sedini abad kedua Masehi di ujung barat Pulau Jawa.

Maka, untuk ketiga kalinya berandai-andai, betapa hebatnya leluhur orang Banten, karena sudah pasti keraton pertama itu akan menghiasi buku-buku sejarah nasional Indonesia. Dan di sinilah, kejayaan zaman klasik Indonesia juga akan diukir oleh orang Banten. Bisa jadi dengan tinta emas!

Tetapi pengandaian itu, biarlah menjadi mimpi kita bersama, karena nyatanya informasi keberadaan istana Salakanagara dari naskah-naskah Cirebon asal abad XVII itu hanya karya sejarah yang tetap berselimut mitos dan legenda.

Pantaslah kalau buah tangan Pangeran Wangsakerta itu lebih nikmat didengungkan dalam kidung klasik keraton Cirebon. Dan susahnya lagi, kisah Salakanegara yang kerap diartikan sebagai ‘negara perak’ nyaris tak pernah hidup dalam legenda orang Banten, di utara atau di selatan sekalipun. Namun, harapan tetap hidup di benak kita, suatu hari nanti mungkin akan timbul bukti-bukti baru yang menandai keberadaannya di lereng Gunung Pulosari.

Penulis adalah Anggota Banten Heritage