Malumologi Sorakan Terhadap Anies

MASIH terhanyut suasana saling memaafkan nan indah permai pada hari kedua Idul Fitri, saya terhenyak ketika menyimak dua naskah yang dimuat sebuah media online.


Pradipa menyayangkan peristiwa yang disebutnya dimensi politik menjijikkan sebagai suatu peristiwa yang memalukan sebab merusak keindahan suasana saling memaafkan lahir-batin pada masa Lebaran.

Zeng mengasihani para pendukung Ahok yang menderita gangguan mental sehingga tidak mampu beranjak move on akibat terjebak dendam kesumat junjungan mereka telak dikalahkan Anies pada Pilkada Jakarta gara-gara mayoritas warga Jakarta lebih suka Anies ketimbang Ahok.

Sementara Pradipa mendambakan Das Sollen” , Zen menertawakan Das Sein”. Namun terlepas gaya dan sisi ulasan mereka berdua, saya menghormati dan menghargai Pradipa Yoedha negara dan Zen Wei Jian sebagai para penulis kritik sosial kaliber sakti mandraguna kelas langitan.

Memalukan

Ada dua jenis sorakan yaitu yang melecehkan dan yang memuja. Saya tidak hadir pada saat peristiwa Anies disoraki terjadi di Istana Bogor maka saya tidak mengetahui jenis sorakan tersebut.

Apabila ternyata sorakan terhadap Anies di Istana Bogor bersifat memuja maka berarti Pradipa dan Zen sama-sama keliru tafsir.

Namun andaikata ternyata sorakan terhadap Anies tergolong jenis sorakan yang melecehkan maka saya pribadi sangat berterima kasih kepada para pesorak yang seirama-senada dengan pe-walk out ketika Gubernur Anies pidato atas permintaan panitia perayaan 90 tahun Kolese Kanisius.

Mereka telah berkenan memberikan contoh nyata perilaku memalukan akibat tidak tahu malu. Contoh-contoh perilaku memalukan akibat tidak tahu malu itu sangat berharga demi melengkapi isi buku Malumologi yang sedang saya susun.

Jika ada yang tidak berkenan, maka pada hari kedua Idul Fitri ini saya memberanikan diri untuk memohon maaf lahir dan batin. [dzk]



Penulis adalah peneliti perasaan yang disebut sebagai malu yang hasilnya akan dimuat di dalam buku MALUMOLOGI