DARI kisah Mahabharata, saya paling mengagumi tokoh Bisma Dewabrata yang senantiasa siap mengorbankan diri untuk negara, bangsa dan rakyat Hastinapura sehingga para dewata menganugerahkan kesaktian untuk menentukan saat mati diri sendiri.
- Jokowi dari Hero to Zero: Gurita Bisnis Anak dan Skenario Politik Dinasti
- Dialog Imajiner SBY-Jokowi
- Akhir Pemerintahan yang Baik
Pada saat Rahwana kehabisan punggawa mau pun para anggota keluarganya ketika melawan laskar wanara di bawah pimpinan Hanuman sebagai jendral angkatan bersenjata Rama maka harapan satu-satunya yang tersisa adalah adiknya yaitu Kumbakarna.
Rahwana datang ke goa di mana Kumbakarna tidur berkelanjutan untuk membangunkan Kumbakarna.
Setelah kenyang, Kumbakarna bertanya ada apa Rahwana datang menemui dia. Rahwana menjawab bahwa dia butuh bantuan Kumbakarna untuk melawan laskar Rama.
Kumbakarna menjawab bahwa bencana yang dihadapi Rahwana merupakan kualat akibat angkara murka Rahwana menculik Shinta isteri Rama, maka Kumbakarna tidak mau membantu kakaknya.
Rahwana langsung marah sambil mencacimaki Kumbakarna tidak tahu budi telah memakan segenap makanan yang dihidangkan sang kakak kepada sang adik. Kumbakarna langsung mengerahkan kesaktiannya untuk memuntahkan kembali segenap makanan yang disajikan Rahwana. Rahwana terkejut lalu langsung menangis tersedu-sedu sebab permintaannya ditolak adiknya.
Segenap laskar wanara di bawah pimpinan Hanuman termasuk Hanuman sendiri terbukti kewalahan akibat tidak mampu melawan kesakti-mandragunaan Kumbakarna yang memang tidak terkalahkan oleh siapa pun.
Hanya atas bocoran rahasia titik kelemahan Kumbakarna yang dibocorkan oleh adik bungsu Rahwana, Gunawan Wibisana yang berkhianat berpihak ke Rama, barulah panah Rama berhasil menewaskan Kumbakarna.
Logis bahwa versi Srilanka bertolak belakang dengan versi India, maka pada Ramayana versi Srilanka: Rahwana tokoh baik, sementara Rama tokoh jahat.
Semua
itu membuktikan bahwa kebenaran adalah kontekstual akibat relatif dan
subyektif tergantung dari sisi apa dan siapa dipandang. Maka Kumbakarna
bukan membela kebenaran namun membela negara, bangsa dan rakyatnya. [dzk]
Penulis adalah pembelajar Wayang Purwa