Titanium Megawati

"Tidak mau"."Menarik lho Pak. Apalagi kalau DI's Way yang menulis".


Tidak maunya tiga kali. Dengan penuh perasaan. Yang diikuti pula oleh perasaan kader partai yang hadir.
 
"Tidak mau. Tidak mau. Tidak mau," teriak peserta kongres serentak.
 
Bu Mega pun memasuki soal susunan kabinet yang akan datang. Sambil menyebut nama Presiden Jokowi.
 
Nanti, kata Bu Mega, tidak bisa lagi Pak Jokowi beralasan. Misalnya, PDI-Perjuangan sudah mendapat banyak posisi --seperti Ketua DPR. Maka jumlah menteri PDI-Perjuangan empat orang saja. Itu pun sudah lebih banyak dari yang lain. Yang hanya mendapat dua menteri.
 
"Tidak mau," ujar Bu Mega.
 
Bu Mega mengungkapkan betapa beratnya memenangkan pemilu di Jateng. Sampai harus turun sendiri ke lapangan.
 
"Waktu itu kami sudah begini-begini," kata Bu Mega sambil menggerakkan jari-jari tangannya.
 
Maksudnya, sudah khawatir kalah. Begitu juga timnya Pak Jokowi.
 
"Itu gara-gara Mas Bowo mau pindah posko ke Jateng," ujar Bu Mega. Sambil mengarahkan wajah ke Pak Prabowo. Yang duduk di deretan depan. Di sebelah Wapres terpilih KH Maruf Amin.
 
Pak Prabowo tampak senyum-senyum. Sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dadanya.
 
"Wong sudah tahu Jateng itu kandang banteng saya. Kok mau diganggu," katanya sambil senyum. Hadirin pun tertawa. "Terpaksa saya turun sendiri," tambahnya.
 
Bu Mega memberi isyarat bahwa PDI-Perjuangan kan sudah tahu diri. Tidak mengganggu Jabar dan Banten. Kandangnya Pak Prabowo. Kok Jateng diganggu. Begitu kira-kira inti kalimat-kalimat beliau.
 
"Saya pun terpaksa menyerukan Jawa Tengah. Hayo! Bantengnya jangan hanya merumput terus. Asah tanduk kalian!" katanya. Hadirin kembali grrrr.
 
Beliau pun menyebutkan nama Puan Maharani. "Tahu enggak dia anak siapa? tanya Bu Mega saat kampanye di Jateng dulu. "Puan harus mendapat suara lebih 500.000," tambahnya.
 
Tentu ini terkait dengan tipu-menipu tadi. PDI-Perjuangan akhirnya menjadi pemenang Pemilu. Puan Maharani terpilih menjadi anggota DPR dengan suara terbesar. Maka kali ini tidak akan mau lagi kalau Puan tidak jadi ketua DPR.
 
Begitu maksudnya.
 
Nama Prabowo sendiri mendapat tempat khusus di pembukaan kongres itu. Bukan saja di sebelah siapa ia didudukkan. Nama Prabowo disebut sampai lima kali dalam pidato satu jam lebih itu.
 
Di awal pidato pun nama Prabowo sudah disebut di kelompok 'yang saya hormati'. Yakni setelah nama Presiden, Wapres Jusuf Kalla dan Wapres terpilih KH Maruf Amin. Tidak ada lagi nama lain yang disebut.
 
Bu Mega perlu mengucapkan terima kasih pada kehadiran Prabowo. Yang katanya, telah ikut menghangatkan kongres itu. Yang disambut grrrrr hadirin.
 
"Waktu saya bertemu yang heboh itu, sebenarnya saya hanya mengatakan... Mas.. apakah mau hadir kalau saya undang ke kongres," ujar Bu Mega.
 
Hadirin gerrr lagi. Pak Prabowo pun berdiri dari kursinya. Agak lama. Sambil sedikit membungkuk. Dan menangkupkan dua telapak tangan di depan dadanya.
 
"Sekarang ini yang tidak diundang pun minta diundang. Begitulah kalau menjadi pemenang Pemilu," guraunya.
 
Ups. Masih ada satu nama lagi yang disebut Bu Mega: Ahok. Yang juga hadir di kongres. Dengan jaket merah. Duduk di bagian tengah.
 
"Saya tidak mau panggil nama barunya...apa itu ...," kata Bu Mega sambil mengingat-ingat singkatannya. "Be... Ce.. Pe.. Basuki Cahaya Purnama. Sulit mengingatnya. Saya tadi sampai harus menghafal," katanya.
 
"Saya tetap panggil Ahok sajalah. Kan namanya memang Ahok. Nama siapa pun... Aseng, Ahok.. Kalau sudah warga negara Indonesia ya Ahok-lah."
 
Pidato itu begitu sering diselingi ekspresi tubuh dan wajah. Yakni saat Bu Mega lagi menyelingi pidatonya tanpa teks. Begitu ekspresif. Ekspresi merengut. Ekspresi mencep --yang menjadi ciri khasnya. Ekspresi kegembiraan. Kadang tertawa sampai terpingkal. Ekspresi memukul. Ekspresi menghindari pukulan.

Sampai terlihat, satu kali, badannya kiprah --mirip ekspresi Pak Prabowo saat debat capres dulu-- jingkrak kecil menggambarkan gerak terlalu lega --setelah mengucapkan satu kalimat yang bernada telak.
 
Saya ingin ada pembaca yang meng 'upload' foto Bu Mega lagi mencep --agar tidak perlu menjelaskan apa arti mencep dalam bahasa Indonesia.
 
Selesai melihat Youtube itu saya berimajinasi. Membayangkan dari jauh: alangkah serunya perpolitikan di dalam negeri saat ini. Alangkah berdentingnya pertandingan antara baja dan titanium itu.

Karena itu sebenarnya tetap saja lebih baik saya tidak menuliskan ini. Agar tidak terkena serpihan baja itu.