Anggota DPRD Jatim Agung Mulyono berharap agar Dinkes Jawa Timur segera memetakan kekurangan tenaga dokter secara detail. Pasalnya, dengan memilik data secara rinci, maka kekurangan tenaga dokter itu itu bisa diatasi secara bertahap.
- Walikota Kediri Instruksikan Unit Usaha Gunakan Aplikasi Peduli Lindungi
- Ungkap Misteri Virus Corona, Ilmuwan Denmark: Sebelum Menyebar ke Dunia, Pasien Nol Covid adalah Pakerja Lab Wuhan
- Kota Surabaya Jadi Salah Satu Lokasi Uji Coba Integrasi Layanan Primer oleh Wamenkes RI
Dinkes harus melakukan komunikasi dan sosialisasi ke seluruh Perguruan Tinggi di Jatim terkait tenaga dokter. Ia meyakini seluruh Perguruan Tinggi ingin agar lulusannya segera bekerja.
"Kalau sampai saat ini banyak lulusan yang kerja setelah enam bulan hingga setahun lulus kuliah, sedangkan tenaga dokter dianggap kurang, ini jelas kontradiktif,†katanya.
Dikatakan Agung, fenomena kekurangan tenaga dokter itu sebenarnya bukan masalah baru. Sejak lama, distribusi tenaga kesehatan di Jatim memang tidak merata.
"Isu itu sebenarnya sudah lama, tapi sejak dulu orang-orang lulusan dokter PTT yang mau masuk Jawa juga kesulitan. Harus mulai dari luar Jawa dulu. Kan harus dipetakan rasio kekurangannya nanti berapa," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso mengatakan, jika dibandingkan jumlah dokter dengan masyarakat, rasionya 1 banding 5900. Dengan rasio itu, satu dokter di Jatim harus melayani 5900 orang.
"Padahal idealnya 1 banding 3000, satu dokter melayani 3000 orang,†ujar Kohar, dikonfirmasi, Minggu (22/9) lalu.
Untuk Surabaya yang padat penduduknya tidak ada masalah karena jumlahnya terpenuhi. Ironisnya lagi, Madura yang memprihatinkan karena rasio 1:10.000, yakni satu dokter melayani 10.000 pasien.
"Ini bisa dibilang karena kurang meratanya distribusi dokter. Karena sebagian besar buka praktek di perkotaan. Akibatnya di pedesaan rasio jumlah dokter yang ada tidak seimbang dengan jumlah penduduk,†katanya.
Untuk dokter spesialis yang ada di rumah sakit daerah, standarnya sudah terpenuhi. Begitu juga persebaran dokter spesialis sudah tercukupi.
"Kalau mencari dokter spesialis jantung di ujung Madura ya tidak ada. Makanya kami melakukan review kelas rumah sakit beberapa waktu lalu. Jadi rumah sakit tipe C, dokter spesialis untuk penyakit dasar itu sudah ada,†terangnya.[aji
- Puncak Omicron Diprediksi Februari-Maret 2022, Komisi XI Minta Pemerintah Siapkan Skenario Terburuk
- Madiun Kini Punya Dua Laboratorium Tes Swab, Selanjutnya Datangkan Alat Apheresis
- Percepat Herd Immunity, Pemkot Kediri Giatkan Vaksinasi Covid 19