Unjuk rasa yang kini sudah memasuki bulan ke lima telah berdampak buruk pada perekonomian Hong Kong.
- Berikut 53 Nama Awak Kapal Nanggala-402 Yang Dinyatakan Gugur
- Gunung Merapi Siaga Level III Pasca Erupsi Gunung Semeru
- Beri Kesempatan Waega Ukraina Evakuasi, Rusia Umumkan Gencatan Senjata Baru
Pernyatan tersebut diutarakan dua hari setelah Menteri Keuangan, Paul Chan menyebut Hong Kong telah jatuh resesi.
Dilansir Reuters, pekan lalu pemerintah setempat mengumumkan langkah-langkah bantuan sebesar 2 miliar dolar Hong Kong atau setara dengan Rp 3,5 triliun (Rp 1.789/dolar AS) dan paket pendukung perekonomian senilai 19,1 miliar dolar Hong Kong atau setara dengan Rp 34 triliun untuk mencegah jatuhnya ekonomi kota.
Sayangnya, usaha tersebut tidak membuat Hong Kong terhindar dari resesi. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Hong Kong sepanjang tahun ini mengalami penurunan. Di Kuartal II, angka pertumbuhan ekonomi Hong Kong berada di -0,4 persen. Alhasil pertumbuhan sepanjang tahun ini diperkirakan tidak akan mencapai angka 0-1 persen.
Sejak awal Juni lalu, unjuk rasa semakin meluas dan membuat Hong Kong krisis politik dan ekonomi. Jumlah wisatawan anjlok, penjualan ritel menurun, pengangguran meningkat, hingga kebangkrutan terjadi di mana-mana.
Dengan aksi protes yang tidak kunjung berhenti, pengunjuk rasa membakar toko-toko, merusak fasilitas umum, hingga melempar bom molotov ke arah polisi.[bdp]
- Ratusan Mahasiswa dan Buruh Duduki Grahadi, Desak Cabut UU Omnibus Law
- Sebanyak 357 Warga Mengungsi Akibat Banjir di Pasuruan
- Salah Satu Korban Sriwijaya Air Alumni Unair, Rektor: Semoga Almarhum Husnul Khotimah