Atasi Banjir, Wabup Sidoarjo Perintahkan Normalisasi Sungai dan Bongkar Bangunan Liar

Status tanggap darurat bencana banjir yang melanda dua desa yakni desa Kedungbanteng dan Banjarasri di kecamatan Tanggulangin akan berakhir pada tanggal 3 maret 2020.


Sejak ditetapkan tanggap darurat tanggal 19 februari kemarin penanganan yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Sidoarjo bersama jajaran TNI-Polri dibantu para relawan dan masyarakat sudah maksimal.

Hasilnya dari 12 RT yang terendam banjir, kini tinggal 5 RT, sedangkan jumlah warga yang semula ada 2500 warga yang terdampak kini sudah berkurang menjadi 1.309 warga.

Sampai dengan saat ini pemkab Sidoarjo terus mengupayakan agar banjir di 5 RT tersebut segera bisa surut. Berbagai langkah telah diupayakan, saat ini BPBD Sidoarjo sudah memasang 11 pompa air untuk menyedot genangan air yang dibuang ka avour kali kedungbanteng. 

Wakil Bupati Nur Ahmad Syaifuddin bersama dengan Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Inf. M. Iswan Nusi, Kapolresta Sidoarjo Kombespol Sumardji, Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito, Camat Tanggulangin berserta tokoh masyarakat berkumpul di Balai Desa Kedungbanteng membahas langkah dan upaya apa yang bisa dilakukan selama tanggap darurat, Minggu (23/12).

Rapat yang di pimpin langsung Wabup Nur Ahmad Syaifuddin tersebut akhirnya memutuskan, pertama langkah penyedotan yang sudah berjalan maksimal dengan 11 pompa tetap dilanjutkan, kedua selain melakukan normalisasi juga melakukan pelebaran kali kedungbanteng sampai dengan banjarasri dengan menertibkan bangunan liar di sepanjang tanah irigasi dan langkah yang ketiga direncanakan akan dibangun bosem sebagai penampungan air saat musim hujan.

“Camat dan kepala desa yang daerahnya terdampak segera mengumpulkan warganya, koordinasi terkait rencana penertiban bangunan liar di sepanjang kali kedungbanteng dan banjarasri," ucap Wabup Nur Ahmad dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Wabup Nur Ahmad Syaifuddin minta dalam pelaksanaan normalisasi dan penertiban bangunan liar dan rencana pembangunan bosem terus dilakukan meski musim hujan sudah berakhir.

"Tujuannya agar setiap tahun dua desa tersebut tidak lagi terjadi banjir," ujarnya.

Kapolresta Sidoarjo Kombespol Sumardji memberikan solusi yang sama yakni normalisasi serta pelebaran sungai dan pembongkaran bangunan liar yang berdiri di atas tanah sempadan sungai. Sumardji menilai, selama melakukan sidak, penyebab banjir menurutnya adalah karena pendangkalan sungai dan penyempitan sungai akibat banyaknya bangunan liar.

“Jika ingin banjir ini segera selesai dan tuntas maka solusinya hanya ada dua, normalisasi kali dan bongkar bangunan liar, warga yang punya bangunan harus mengikhlaskan," ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Inf. M. Iswan Nusi, bangunan liar penyebab tidak lancarnya alira air serta menyempitnya sungai menjadi faktor meluapnya air kali ke rumah warga.

Rencana pembongkaran bangunan liar dan normalisasi kali dalam waktu dekat akan diputuskan kapan dimulai, saat ini Camat dan Kades bersama tokoh masyarakat melakukan koordinasi bersama warga kedungbanteng dan banjarasri. Pada kesempatan tersebut BPBD Sidoarjo membagikan 570 pasang sepatu booth untuk warga terdampak sedangkan Tagana membuka dapur umum dan membagikan 3000 nasi bungkus perhari.