Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang digeruduk massa yang tergabung dalam Gabungan Petani Pemakai Air Tirto Songo Pakis. Kedatangan massa dalam rangka membahas persoalan pemanfaatan air Sumber Pitu, di Desa Duwet Krajan, Tumpang.
- Mutasi Bergulir, Kapolrestabes Surabaya Jabat Wakapolda Jatim Gantikan Brigjen Slamet
- Pengembangan Pelabuhan Benoa Selesai Tahun 2023
- Didukung 16 DPAC, Khusnan Abadi Optimis Pimpin DPC PKB Banyuwangi
Pasalnya, ratusan warga dari 9 desa di Pakis dan Tumpang itu merasa dirugikan lantaran Sumber Pitu yang dieksploitasi oleh Perumda Tirta Kanjuruhan Kabupaten Malang dan Perumda Tugu Tirta Kota Malang.
"Selama ini para petani disekitar sumber pitu kekurangan air yang disebabkan terjadinya ekploitasi oleh Perumda Tirta Kanjuruhan Kabupaten Malang dan Perumda Tugu Tirta Kota Malang. Untuk itu, kami kesini untuk menyampaikan aspirasi," kata Koordinator Gabungan Petani Pemakai Air Tirto Songo Pakis - Tumpang, Saiful saat ditemui di kantor DPRD, Rabu (04/03)
Masih menurut Saiful, yang merasakan dampak kekurangan air untuk lahan pertanian itu meliputi 9 Desa. Diantaranya, adalah Desa Tumpang, Malangsuko, Jeru, Sumberpasir, Sukoanyar, Pucang Songo, Wirngin Songo, Bokor, serta Slamet.
"Persoalan ini sejak tahun 2014, proyek dari PDAM Kabupaten Malang untuk dijual ke PDAM Kota Malang. Dulu sudah sempat di mediasi tahun 2015 di dewan juga, tapi hasilnya nihil," urainya.
Syaiful juga menjelaskan, bahwa Sumberpitu merupakan sumber satu-satunya untuk mengaliri total 987 hektar lahan. Diantaranya untuk tanaman padi, jagung, palawija. Namun, sekarang para petani merasa kekurangan air, sehingga hak itu menjadikan hasil panen yang kurang maksimal.
"Padi yang dulu satu tahun bisa sampai tiga kali panen, sekarang cuma sekali, itupun hasilnya tidak maksimal. Estimasinya, kalau satu hektar bisa menghasilkan 8 ton padi, satu kali panen itu bisa rugi Rp 30 juta," jelasnya.
Tak hanya itu, Saiful juga menambahkan, akibat kekurangan air itu, warga kerapkali berselisih. Petani pun berharap, para dewan bisa menjembatani permasalahan yang dialami saat ini.
"Akibat kekurang air, banyak warga yang berselisih. Kita sekarang membawa misi yang sama, karena semua membutuhkan air. Apalagi sekarang pipa dari PDAM ukurannya besar-besar, apa ini gak mematikan petani? Sedangkan PDAM hanya mengambil air saja," tegasnya.
Saiful juga menegaskan, bahwa selama ini para petani telah maksimal mendukung program pemerintah dalam hal swasembada pangan. Oleh karenanya, petani ingin ada dukungan nyata dari pemerintah.
"Petani ini kan ikut mendorong swasembada pangan pemerintah. Progam pemerintah untuk pertanian tidak akan jalan kalau tidak ada air. Kita ingin jalan keluar yang baik, kita juga mengemban program pemerintah," paparnya.
- Tumpeng Nasi Krawu Raksasa Komunitas Wartawan Gresik Jadi Rebutan Masyarakat
- Adinda Cresheilla Raih 3rd Runner Up Miss Supranational 2022, Gubernur Khofifah: Kebanggaan Jawa Timur, Harumkan Indonesia
- Dispendukcapil Surabaya Terus Masifkan Layanan “Goes to School dan Goes to Kampung”