Ahli politik dan bahasa, Noam Chomsky menganalisa pandemik virus corona baru sebenarnya bisa dicegah. Sebab sebelum mewabah, virus ini sudah terdeteksi.
- Gubernur Khofifah Sampaikan Duka Cita Mendalam Atas Musibah Jatuhnya Dua Pesawat TNI AU Super Tucano
- Viral Video Bagi-bagi Amplop Bergambar PDIP di Masjid Saat Sholat Tarawih
- Warga Tamberu Sampang Digegerkan Penemuan Mayat Lelaki Membusuk di Sungai
Demikian dikatakan Chomsky ketika berbicara mengenai pandemik Covid-19 di kediamannya pada 28 Maret lalu.
"Pandemik virus corona ini bisa dicegah, informasi ada di sana untuk mencegahnya. Bahkan, itu sudah muncul dimana-mana. Pada Oktober 2019, tepat sebelum wabah, ada simulasi skala besar di Amerika Serikat, kemungkinan pandemik dari jenis ini," ujar Chomsky.
Chomsky lantas merujuk pada simulasi Event 201 oleh Johns Hopkins Center for Health Security bersama dengan World Economic Forum dan Bill & Melinda Gates Foundation.
"Tidak ada yang dilakukan. Krisis itu kemudian diperburuk oleh pengkhianatan sistem politik yang tidak memperhatikan informasi yang mereka ketahui," tegas Chomsky seperti dimuat Al Jazeera, Minggu (5/4).
"Mengapa ada krisis virus corona? Ini kegagalan pasar yang sangat besar. Ini kembali ke esensi pasar yang diperburuk oleh intensifikasi neoliberal biadab dari masalah sosial-ekonomi yang mendalam," kata pria 91 tahun tersebut.
Dengan adanya pandemik ini, Chomsky mengatakan, orang saat ini mulai berpikir dunia seperti apa yang sebenarnya diinginkan. Karena, menurutnya, pandemik ini adalah hasil dari kegagalan neoliberal di mana seharusnya kemungkinan munculnya Covid-19 sudah bisa dideteksi dari modifikasi epidemi SARS, 15 tahun yang lalu.
"Pada saat itu, itu diatasi. Virus diidentifikasi, urutan vaksin tersedia. Laboratorium di seluruh dunia dapat bekerja saat itu untuk mengembangkan perlindungan terhadap potensi pandemi koronavirus. Mengapa mereka tidak melakukannya?" tanyanya.
"Sinyal pasar salah. Perusahaan obat. Kita telah menyerahkan nasib kita kepada tirani swasta yang disebut korporasi, yang tidak bertanggung jawab kepada publik, dalam hal ini, Big Pharma. Dan bagi mereka, membuat krim tubuh baru lebih menguntungkan daripada menemukan vaksin yang akan melindungi orang dari kehancuran total," tuturnya.
- Puluhan Ribu Warga Bawean Pilih Mengungsi Akibat Gempa Susulan Terjadi Hingga 327 Kali
- Angin Puting Beliung Terjang Bondowoso, Puluhan Rumah Rusak dan 5 Orang Terluka
- Masih Pakai Infus, Pasien RSUD Jombang Berniat Kabur