Staf Khusus Menteri BUMN RI, Arya Sinulingga Secara mengejutkan mengungkapkan ada pihak yang diduga Indonesia ingin terus-menerus mengimpor alat kesehatan (alkes) ketimbang produksi di dalam negeri.
- UNICEF: Krisis Sri Lanka Menghancurkan Hidup Anak-anak
- Kader Demokrat Diizinkan Ikut Aksi Tolak Kenaikan BBM
- Panglima TNI akan Pertimbangkan Penambahan Pasukan Selamatkan Pilot Susi Air
Hal ini disampaikan Arya dalam sebuah diskusi virtual seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (19/4).
Dugaan itu ia sampaikan karena melihat Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) mampu memproduksi ventilator sendiri.
"Kenapa selama ini mesti impor? Berarti ada trader. Pak Erick berpikir pasti ada yang memaksa ingin trading terus. Ini terbukti, ternyata kita bisa bikin ventilator," ujar Arya dalam sebuah diskusi daring.
Arya mencontohkan upaya pemenuhan kebutuhan ventilator di Indonesia. Saat ini beberapa perguruan tinggi bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang memproduksi purwarupa ventilator untuk kebutuhan dalam menangani pasien Covid-19. Beberapa purwarupa sedang diuji Kementerian Kesehatan dan akan diproduksi massal bila lolos proses uji.
"Ternyata terbukti bisa kita bikin ventilator. Ini masih diuji ya. Tapi kalau berhasil maka Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) minta PT Pindad, PT DI dan, PT Len Industri untuk produksi ventilator," ujar Arya.
"Jadi ini kalau berhasil artinya kita bisa membuat ventilator. Artinya bisa kan industri dalam negeri. Selama ini kita ngapain aja?" lanjutnya.
Ia menduga terjadinya impor terus menerus berulang-ulang menunjukkan bahwa Indonesia lebih suka membeli ketimbang membuat sendiri.
"Mungkin untung lebih besar. Ke situ saja. Bukan identifikasi. Jadi kenapa lama betul tidak buat di sini," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, mayoritas bahan baku untuk obat-obatan dan alat kesehatan yang beredar di Indonesia masih impor.
“Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat. Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri,” ujar Erick.
- Kritikan Ganjar ke Pemerintahan Jokowi bukan Instruksi PDIP
- Warna Pesawat Kepresidenan Diganti, Pemimpin Indonesia Diminta Mencontoh AS dan China
- Quo Vadis JHT: Sejak 2020 Sudah Banyak Pekerja Belum Dapat Pencairan JHT