Usai Kasus Mobil PCR Kini Hasil Swab Dipertanyakan, Legislator Gerindra: BNPB Jangan Sandera Data Surabaya

Tidak hanya kisruh mobil Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dialihkan ke dua daerah lainnya yakni Kabupaten Lamongan dan Tulungagung. Kini ada kejadian hasil swab di mobil PCR milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 


Pasalnya, hampir seluruh warga Surabaya telah beberapa kali melakukan swab massal tapi hasilnya hingga kini belum dapat diketahui secara cepat, detail dan akurat.

"Tidak sekadar swab BNPB, tetapi kami ingin mendapatkan data yang akurat tentang perkembangan temuan berapa masyarakat Kota Surabaya yang kemudian terindikasi, bahkan positif terinfeksi virus Covid-19," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (1/6) malam.

Legislator asal Partai Gerindra ini mengaku, bahwa ia juga sempat mempertanyakan hasil swab mobil PCR BNPB itu kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya.

Namun pihak Dinkes Surabaya menyatakan belum menerima. Kemudian, ia juga sempat mempertanyakan hasil swab itu kepada Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, namun jawaban yang diterimanya juga sama.

"Artinya apa? bahwa apa yang dilakukan provinsi terhadap test itu tidak bisa dilaporkan dengan cepat dan saya melihat ini bagian penting yang harus kita soroti bahwa ada kelambanan dari Pemerintah Provinsi di dalam membantu Kota Surabaya," tegasnya.

Maka dari itu, ia berharap kepada Provinsi Jatim agar laporan hasil data swab warga Surabaya ini bisa disampaikan dengan cepat, akurat dan detail. 

"Jangan sampai ada kesan bahwa provinsi dalam hal ini BNPB menghambat data hasil identifikasi swab yang ada di Surabaya, ini menyandera. Kalau memang itu dilakukan, jangan sampai itu. Tapi harapan kami tidak ada itu," tandasnya.

Nah, untuk memastikan apakah Provinsi Jatim melakukan hal itu, AH Thony bakal berkoordinasi dan menggelar audiensi dengan mereka. 

Tujuannya, supaya pikiran-pikiran perspektif yang berkembang di masyarakat bahwa Pemprov Jatim memang sengaja membuat Surabaya menjadi seperti Wuhan jangan sampai itu seolah-olah memang didesain.

"Tetapi ketika memang itu ada masalah, maka harus diselesaikan dengan lebih bertanggungjawab. Makanya saya akan coba besok koordinasi dengan provinsi, kami akan audiensi dengan beliau-beliau yang ada di sana untuk mendapatkan penjelasan itu," ungkapnya.

Meski begitu, AH Thony juga mendorong masyarakat khususnya warga Kota Surabaya untuk bersama-bersama membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini. 

Ia pun berkaca pada perjuangan para pahlawan terdahulu yang bersama-sama mempertahankan perlawanan melawan para penjajah.

"Apalagi saat ini momennya adalah pas ulang tahun Surabaya, saya minta untuk spirit perlawanan ini dibangkitkan dari kota ini dan masyarakat bisa bersama-sama membantu Pemkot surabaya. Jangan biarkan Bu Risma sendiri," paparnya.

Di sisi lain, AH Thony menilai bahwa ada hal menarik pula yang perlu menjadi sorotan. Yakni, ketika para petugas mobil PCR BNPB capek, maka mereka akan berhenti beroperasi, sehingga hal ini dinilai tidak maksimal dalam upaya percepatan penanganan Covid-19 di Surabaya. 

Meski demikian, AH Thony juga menyadari dan menghormati akan hal itu, apalagi para petugas itu juga harus menjalankan tugasnya berkeliling Jawa Timur.

"Ketika petugas itu capek, maka manajemen provinsi dalam hal ini BNPB mestinya tidak bisa begitu capek lalu tidak bisa diteruskan (swab). Ini tidak bisa dikatakan seperti kerja borongan, yang lalu capek kemudian libur dulu. Sebab, kita kejar-kejaran dengan virus yang terus bermutasi, terus berkembang, dan terus melakukan infeksi. Sementara kita mengejar dan lalu berhenti, tapi virus jalan," pungkasnya.