Kampus Menjadi Jalan Keluar Dari Musibah Covid-19, Bagaimana Caranya?

Wabah Covid-19 tidak hanya berimbas pada kesehatan melainkan tetapi juga ekonomi. Krisis ekonomi akibat Covid-19 menyebabkan banyak perusahaan merugi dan tutup.


Pertumbuhan ekonomi semua negara turun drastis dan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Namun di balik musibah ini, Kaprodi Kewirausahaan Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha), Darno meyakini akan tercipta peluang bisnis baru yang bisa dilakukan masyarakat.

“Di balik musibah ini, akan ada peluang baru. Kondisi ini harus dilhat dari sudut pandang peluang bisnis apa yang paling tepat ke depannya,” terang Darno dalam diskusi webinar bertema “Percepatan recovery ekonomi & bonus demografi di Indonesia”, Sabtu (13/6) kemarin.

Ditambahkan Darno, Umaha sendiri sudah melakukan pelatihan kuliner dan bengkel motor. Ini bagian dari proses menghadapi pandemik Covid-19 sebagai peluang bagi program studi kewirausahaan.

“Dengan kondisi ekonomi lesu dan pengangguran yang tinggi untuk saat ini yang paling sesuai adalah program kewirausahawan,” ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim.  

Kaprodi Kewirausahaan Umaha, Darno/Repro

Untuk pengembangan kompetensi Program studi kewirausahaan Umaha, pihaknya menggunakan metode pembelajaran coaching.

“Hal ini sealigus untuk menjawab tantangan dunia nyata menggunakan model kemitraan bisnis,” terang pria yang juga ketua komite tetap bidang fiscal Kadin Jatim ini.

Senada diungkapkan Head of Kampus Guru Cikal, Bukik Setiawan. Menurutnya pendidikan bisa menjadi jalan keluar dari pandemi Covid-19. Bagaimana caranya?

“Kampus tolok ukurnya adalah mampu menghasilkan lulusan mandiri dan memberi kontribusi ke masyarakat. Untuk itu, program studi harus mampu menjawab kebutuhan dan tantangan, metode belajar yang berbasis  kompetensi, memfasilitasi peserta didik menghadapi tantangan nyata dan berkolaborasi dengan organisasi yang relevan,” tandas Bukik.

Sebenarnya program studi, lanjut Bukik, yang paling sesuai untuk kebutuhan saat ini adalah pendidikan kewirausahaan.

“Bukan hanya kewirausahaan sebagai program studi tetapi bisa juga softskill berwirausaha.  Wirausahawan harus menangkap kondisi ancaman ini menjadi peluang. Kalau birokrat melihat kesulitan ini sebagai beban maka wirausahawan harus bisa melihat ini sebagai peluang,” urainya.