Muncul Aroma Ketidaksukaan Pasca Pertemuan AHY-Puan

Pertemuan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani/Net
Pertemuan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani/Net

Ada yang tidak suka dengan komunikasi Demokrat dan PDIP pada pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani.


Pasalnya, dalam pertemuan keduanya muncul narasi membanding-bandingkan prestasi ekonomi antara era Presiden SBY dan Presiden Jokowi di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang terpuruh hingga -5,32%.

Hal ini disampaikan Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI), Ahmad Khoirul Umam.

Pada dasarnya, ia menilai pertemuan Puan dan AHY merupakan langkah positif yang harus diapresiasi di tengah krisis pandemik ini.

“Saat situasi krisis, para pemimpin politik harus mengedepankan persatuan dan kebersamaan. Ada extraordinary situation. Komunikasi politik AHY dan Puan diharapkan akan mempercepat langkah-langkah taktis mau pun strategi penanganan pandemik dan penyelamatan ekonomi negara,” kata Umam dalam keterangan tertulisnya dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (7/8).

Menurut Umam, dukungan politik AHY sebagai partai penyeimbang penting untuk percepatan langkah-langkah pemerintah.

Kekuatan politik AHY dapat mendorong percepatan itu lewat pengawasan ekstra ketat terhadap pembelanjaan alokasi anggaran penanganan pandemik yang mencapai hampir seribu triliun. Sebab baginya, anggaran penanganan pandemik Covid-19 rawan disalahgunakan.

“Jika di kuartal I dan II semua langkah fundamental itu terlambat dilakukan sampai berdampak pada anjloknya ekonomi negara, maka pembelanjaan RP 900-an triliun dalam 5 bulan terakhir tahun 2020 ini akan membuka ruang penyalahgunaan hingga praktik megakorupsi yang masif dan berskala besar," jelasnya.

Oleh sebab itu, ia berharap komunikasi yang terbangun tidak dirusak oleh narasi yang membenturkan dan mengeksploitasi dendam serta kebencian politik masa lalu.

“Jangan terpancing mereka yang lagi-lagi mengeksploitasi dendam dan kebencian. Di tengah krisis, semua pihak harus menjaga kondusifitas politik nasional. Jangan sampai pertumbuhan ekonomi di kuartal II kembali negatif, hingga terjadi resesi atau bahkan depresi di kuartal ke-IV," tandasnya.