Dr Tirta Bakar Motivasi Penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas

Memotivasi penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas/dok hms
Memotivasi penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas/dok hms

Untuk memotivasi para penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas di tengah pandemi, Dinas Pendidikan Banyuwangi mendatangkan Tirta Mandira Hudhi, atau yang lebih populer dipanggil dokter Tirta, di Sarasehan Inspirasi, yang digelar di Banyuwangi, Jumat petang (14/8).


Di sarasehan yang diikuti ratusan penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas mulai 2011 itu, dr. Tirta menceritakan jalan hidupnya terutama kiat untuk tetap mandiri di tengah situasi sulit, seperti pandemi saat ini.

Tirta berbagi cerita perjalanan hidupnya hingga bisa memiliki 62 usaha jasa perawatan dan cuci sepatu premium di berbagai daerah.

Alumni Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta itu mengaku selama menempuh pendidikan formal juga merupakan penerima beasiswa. Bahkan dia sempat menolak berbagai beasiswa dari luar negeri. Namun, bagi Tirta meski mendapat beasiswa tetap harus ada hal lain perlu dibanggakan.

"Memang bangga dapat beasiswa, Tapi yang terpenting adalah bisa mandiri dan melakukan sesuatu untuk orang lain. Itu sesuatu yang harus kita banggakan," kata pria yang berhasil lulus di tahun 2013 dengan predikat cumlaude itu.

Hal itu dia lakoni saat kuliah. Selain aktif kuliah dan berorganisasi Tirta juga mulai menjalankan usaha. Dia mulai usaha jual beli sepatu, membeli sepatu dan menjualnya kembali. Ternyata usahanya berjalan lancar.

"Namun bisnis saya pernah bangkrut. Saya pernah kulakan beli sepatu senilai Rp 50 juta, tapi yang datang kiri semua. Saat itulah saya jatuh, bahkan saya harus makan nasi aking dan sarden tiap hari," katanya.

Tapi tak lama dia bangkit. Dia membuka bisnis jasa perawatan dan cuci sepatu premium. Dari bisnis itu ternyata berjalan mulus. Hingga akhirnya kini dia memiliki 62 tempat perawatan dan cuci sepatu dengan lebih dari 300 karyawan. Selain itu Tirta juga menjadi pengamat sepatu sneakers.

Tirta lalu berbagi tips pada para penerima Banyuwangi Cerdas. Hal yang diperlukan dalam membangun usaha ada tiga hal. Circle (lingkungan), manajemen keuangan, dan citra.

"Biasanya mahasiswa kedokteran lingkaran lingkungannya hanya mahasiswa kedokteran. Tapi saya dulu punya banyak teman di luar kedokteran, sehingga membuat pikiran saya terbuka," kata Tirta.

Selain itu yang penting adalah manajemen keuangan. Masalah yang sering terjadi saat memulai usaha adalah cara mengatur keuangan. Bagi yang memulai usaha harus memiliki banyak rekening, untuk membedakan mana rekening untuk pemasukan dan pengeluaran.

"Yang terpenting lagi adalah citra. Bagaimana bisa membuat citra produk baik di mata konsumen," pesannya.

Selain dokter Tirta, sarasehan ini juga menghadirkan Ketua Tim PKK, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. Dalam kesempatan itu, Ipuk juga memotivasi peserta beasiswa agar mengasah skill-nya selama pandemi ini.

"Pembelajaran saat ini banyak dilakukan secara daring, maka manfaatkan waktu yang lebih longgar ini untuk menambah dan memperdalam ketrampilan dan passion kita," kata Ipuk.

"Seperti yang dilakukan dr. Tirta yang meskipun profesinya dokter, namun dia juga berhasil mengembangkan bisnis yang tidak berhubungan dengan pendidikan formalnya," imbuh Ipuk.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news