Mbah Min Semprong, Telik Sandi Zaman Perang Yang Terlupakan

Upacara kemerdekaan RI yang digelar secara sederhana dengan menghadirkan Ngadimin Citro Wiyono/RMOLJateng
Upacara kemerdekaan RI yang digelar secara sederhana dengan menghadirkan Ngadimin Citro Wiyono/RMOLJateng

Berbaju batik, celana kain dan bersepatu, mbah Ngadimin Citro Wiyono (87) tetap terlihat gagah di usia senjanya.


Rasa haru dengan mata memerah menahan tangis, mbah Min Semprong, begitu dirinya biasa disapa, tetap bersemangat mengikuti upacara Kemerdekaan RI yang digelar secara sederhana di Bolevard UNS Solo tepat pukul 10.15 WIB yang diikuti pasangan Super Hero Spiderman dan Wonder Women dan juga pedagang kaki lima yang biasa berdagang di kawasan tersebut. Upacara digelar singkat, namun tetap khidmat. 

Hanya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sambil memberikan hormat pada sang Saka Merah Putih. Mbah Min sendiri pernah bertugas mematai-matai (telik sandi) aktivitas tentara Belanda. Saat itu usianya masih 16 tahun ketika pecah perang kemerdekaan semasa Agresi Militer Belada II 1948. 

Meski sampai saat ini namanya tidak tercatat dalam Legiun Veteran. Diketahui pasca Indonesia merdeka tahun 1948, Belanda kembali menjajah Indonesia, termasuk datang ke wilayah Solo. Saat itu pusat kekuatan Belanda di lapangan udara Panasan, Boyolali. Banyak pesawat juga tank dan senjata disiapkan di sana. 

"Matur nuwun saya disengkuyung (dihargai) atas perjuangan saya di masa lalu. Berjuang mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan Indonesia merdeka," jelas Mbah Min Semprong kepada Kantor Berita RMOLJateng, Senin (17/8). 

Sementara itu, inisiator acara Agus Widanarko atau Danar menyampaikan upacara tersebut sebagai aksi sederhana yang diharapkan bisa bisa membawa berkah juga semangat bagi mbah Semprong. Setelah mendengar dan mengetahui ada salah satu pejuang, saksi sejarah Indonesia merdeka dan kini menggantungkan hidup dengan berjualan mainan anak-anak. Dan sebagai pecinta anak-anak tergerak untuk memberikan apresiasi. 

"Bahwa ini sebagai bukti anak muda tidak merupakan jasa para pahlawan, pejuang khususnya bagi mereka yang masih hidup," paparnya. 

Aksi ini dilaksanakan untuk memberikan apresiasi dengan menggelar upacara secara sederhana beruansa anak-anak kepada Mbah Semprong dan memberikan kesempatan kepada beliau untuk memimpin upacara bendera. 

"Karena selama ini tidak pernah merasakan mengikuti upacara peringatan kemerdekaan. Supaya beliau merasakan sedikit kebahagian ternyata masih ada yang mengingat perjuangannya," tegasnya. Dalam kesempatan tersebut, tim Superhero juga memborong habis dagangan Mbah Semprong untuk kemudian dibagikan kembali untuk anak-anak di Yayasan Lentera.

"Kami juga mendapatkan titipan donasi dari alumni Fakultas Ekonomi UNS agar sedikit meringankan beban mbah Semprong di masa tuanya," pungkasnya.