Merestorasi Idealisme Mahasiswa

foto/rmoljatim
foto/rmoljatim

Mahasiswa adalah seseorang yang terdaftar secara administrasi pada sebuah perguruan tinggi (PT), swasta maupun negeri. Menyandang predikat sebagai insan intelektual, terpelajar, idealis, dan kritis terhadap permasalahan hingga sebuah kebijakan pemerintah.

Idealisme dapat disebut komitmen yang mengakar kuat dalam diri seseorang yang terwujud dalam sikap, pikiran, dan tindakan. Sesuai dengan fitrah idealisme, yakni terwujudnya tatanan masyarakat yang adil dan makmur (civil society).

Jika dulu, mahasiswa menjadi garang melihat kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat dan pernah menjadi "momok" bagi birokrat yang sewenang-wenang. Namun gerakan mahasiswa saat ini seperti kehilangan jati diri alias "mandul".

Idealisme yang diagung-agungkan sejak dulu, kini tergerus oleh perkembangan zaman yang menghadirkan kecanggihan teknologi. Mahasiswa, seakan tertutupi matanya, tidak berdaya di iming-imingi beasiswa dan terpukau dengan fasilitas perkuliahan dan gaya hidup yang diduga membuat mahasiswa kehilangan idealisme.

Padahal sejarah, mengingatkan bahwa runtuhnya rezim Soekarno yang totaliter serta menggaungkan diri sebagai presiden seumur hidup tidak lain karena idealisme mahasiswa. Begitupun, pada rezim Soeharto. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan generasi yang dapat dianggap penting dalam sebuah negara.

"Kalau pemudanya kuat maka negara juga akan kuat".

Menjadi miris, aktivis mahasiswa yang idealis mulai berkurang jumlahnya dari waktu ke waktu. Life style modern menjadi trend dan tengah di gandrungi kalangan aktivis yang idealis. Mahasiswa kini, seolah tersedot oleh kemajuan teknologi yang menjadi kebutuhan mendasar dan melupakan predikat sebagai agent of change, agent of social, and agent of control .

Segala sesuatu dinilai berdasarkan materi, mahasiswa kaya mendapat posisi terhormat. Sedangkan yang miskin tak pernah mendapat posisi. Hal ini sungguh bertolak belakang dengan kondisi aktivis di era 90-an yang menjunjung tinggi intelektual, jiwa patriotik dan semangat kebangsaan.

Pergeseran pola pemikiran mahasiswa dari intelektualisme kepada materialisme masih saja terjadi. Oleh karena itu, harapan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa janganlah sekali-kali kehilangan nalar berfikir kritis dan idealisme. Manakala hal yang berharga itu hilang, maka sebenarnya mahasiswa tidak memiliki apa-apa lagi.

Ilmu, pengalaman, dan kelebihan apapun lainnya tidak akan banyak memberi manfaat tatkala pemiliknya sudah tidak memiliki idealisme. Seperti kata-kata Soe Hok Gie, "Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi".