Inovasi Ony Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Petani tengah melakukan aktivitasnya/net
Petani tengah melakukan aktivitasnya/net

Memasuki musim panen padi pertengahan Oktober 2020, petani tentu meminta harga gabah meningkat minimalnya sesuai dengan ketentuan harga pemerintah. Menyikapi persoalan tersebut, Ony Anwar, Wakil Bupati Ngawi yang tengah cuti dalam menghadapi Pilkada membeberkan beberapa inovasinya plus stimulus guna meningkatkan kesejahteraan petani.


Pertama, dalam jangka pendek harus dihadirkan perusahaan besar pengeringan gabah mengingat wilayah Ngawi bagian dari lumbungnya padi nasional.

"Kehadiran opsteker atau perusahaan itu tadi mutlak harus ada di Ngawi sebagai solusi dan bargaining pasca panen terkait langsung dengan harga gabah," kata Ony, kepada Kantor Berita RMOLJatim, Kamis, (15/10).

Tidak kalah penting bebernya, melakukan legal kontrak kerja atau MoU dengan opsteker melalui Gapoktan dalam kapasitasnya sebagai vendor demikian juga dengan dinas terkait (dinas pertanian). Sehingga progres serapan gabah akan terpantau.

Dalam hal ini kehadiran opsteker seperti dua perusahaan besar di Ngawi baik PT. Sakti Ricemill dan PT. Wilmar Padi Indonesia mampu mengakusisi pemrosesan gabah hasil panen dari seluruh wilayah Ngawi. Dengan kapasitas mampu memproses 500 ton gabah per hari.

"Kalau dua perusahaan ini bisa kita monitoring melalui MoU tadi harga padi atau gabah milik petani kita bisa stabil bahkan meningkat," kupas Ony.

Tambah Ony yang berduet dengan Dwi Rianto Jatmiko (OK) sebagai paslon Pilkada Ngawi 2020 menegaskan, untuk langkah kedua adalah menjaga kwalitas dan mutu gabah pasca panen. Dengan pertimbangan opsteker berani meningkatkan harga jika mutu terpenuhi.

Sehingga kapasitasnya pemerintah daerah harus intens melakukan intervensi kepada petani. Agar keberadaan petani bisa memproduksi padi dengan varietas unggul. Namun demikian, intervensi panen padi harus dilakukan tentu dengan penggunaan prasarana dan teknologi tepat guna.

"Diketahui juga secara fakta soal harga gabah hingga saat ini harga tertinggi se eks karesidenan Madiun itu ada di Ngawi," jelasnya.

Pungkas Ony, untuk Ngawi setiap musim panen padi mampu memproduksi gabah 780 ribu ton. Fakta itulah membuat Ngawi sebagai wilayah penyangga pangan nasional urutan ke 6 dan di Jawa Timur menempati urutan ke 2 setelah Lamongan.