Banyuwangi Juga Deklarasi Tolak Anarkisme Unras

Deklarasi Tolak Anarkisme di Mapolresta Banyuwangi/RMOLJatim
Deklarasi Tolak Anarkisme di Mapolresta Banyuwangi/RMOLJatim

Selain beberapa daerah di Jawa Timur (Jatim), sejumlah tokoh masyarakat Banyuwangi juga menggelar deklarasi tolak anarkisme unjuk rasa atau unras. Deklarasi itu dilakukan di Aula Rupatama Mapolresta setempat.


"Peran tokoh agama, masyarakat, dan tokoh pemuda dinilai besar pengaruhnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya, kepolisian melibatkan mereka. Salah satu langkahnya adalah menertibkan kelompok-kelompok di masyarakat dalam berkegiatan," kata Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifuddin, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (16/10).

Kegiatan ini, sambung Kapolresta, merupakan tindak lanjut yang berhubungan dengan anarkisme pelajar saat unras menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja. Ke depan, pelajar, kata dia, tidak diperbolehkan ikut dalam kegiatan tersebut.

Sementara itu, perwakilan dari Pengurus Pemuda Muhammadiyah, Lukman Hakim, mendukung upaya kepolisian menggelar deklarasi menolak aksi anarkisme untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban di Kabupaten Banyuwangi.

"Kami dari Pemuda Muhammadiyah sepakat dan mendukung. Karena di Undang-undang Cipta Kerja ini tidak semuanya bagus juga tidak  jelek. Jadi kita, lebih memilih judicial review ke MK," jelasnya.

Kombes Arman, menerangkan, kegiatan ini juga sebagai langkah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Banyuwangi.

Langkah lainnya, kata Arman, untuk menertibkan para pengguna jalan,  kepolisian juga rutin menggelar operasi yustisi secara berkala. Hingga hari ini, sekitar 3 ribuan pengendara diberi sanksi teguran hingga denda.

"Jumlah pelanggar selama operasi yustisi di gelar kurang lebih ada 3 ribuan dari awal. Hari ini hampir di semua tempat rutin menggunakan masker. Artinya kesadaran masyarakat mengenakan masker lebih baik," ungkapnya.

Pemuda Muhammadiyah juga sejalan dengan harapan kepolisian untuk bersama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Hadir dalam kegiatan itu, tokoh agama di Kabupaten Banyuwangi, mulai dari Hindu, Buddha, Konghucu, Islam, Kristen dan Katolik, serta tokoh muda dan organisasi kemasyarakatan.