Selamat Jalan Jenderal Wismoyo

Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar (kedua dari kiri) bersama rekan-rekannya sesama purnawirawan TNI mengimbau agar purnawirawan TNI menjaga keamanan menjelang Pilpres 2019./Net
Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar (kedua dari kiri) bersama rekan-rekannya sesama purnawirawan TNI mengimbau agar purnawirawan TNI menjaga keamanan menjelang Pilpres 2019./Net

Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar (kedua dari kiri) bersama rekan-rekannya sesama purnawirawan TNI mengimbau agar purnawirawan TNI menjaga keamanan menjelang Pilpres 2019./Net

DAPAT kabar duka lagi pagi ini. Mantan Kasad (1993-1995) Jenderal (Pur) Wismoyo Arismunandar meninggal dunia, Kamis (28/1) pukul 04.29 WIB di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan, karena sakit.

Mantan Pangdam Diponegoro (1988-1990) itu wafat dalam usia 80 tahun (kelahiran Bondowoso, Jawa Timur, 10 Februari 1940). Meninggalkan  seorang isteri dan dua anak.

Pada masanya mendiang dikenal sebagai sosok jenderal yang tegas menegakkan disiplin prajurit, tapi sangat loyal pada anak buah, ramah, familiar, dermawan, mudah bergaul dengan banyak pihak. Kisah kederwananannya saya peroleh dari cerita banyak bekas anak buahnya.

Pertama kali saya mengenal Pak Wismoyo ketika menjabat sebagai Pangdam Diponegoro (1988-1980).

Waktu itu bersama Ketua Panitia Tetap FFI, Johan Tjasmadi saya menemuinya di kediamannya di Semarang untuk meminjam Makodam sebagai venue rangkaian acara apresiasi film Indonesia FFI di Semarang. Makodam menjadi tempat pertunjukan hiburan rakyat. Waktu itu yang pengisi acaranya aktor Rano Karno dan Iyut Bing Slamet, antara lain.

Pak Wismoyo menyambut  gembira acara panggung hiburan FFI diselenggarakan di Makodam. Ia menugaskan Asisten Intel Kolonel Adang Ruchiatna membantu kami mengurusi itu.

Kebetulan Pak Wismoyo sendiri sangat menggemari musik. Di rumah dinasnya tersedia lengkap seperangkat alat musik yang  sering digunakan menggelar acara hiburan buat  para prajurit.

Dalam acara -acara seperti itulah ia selalu membuat surprise  membagi pelbagai hadiah menarik kepada perajurit. Saat acara berlangsung ia biasanya berkeliling ke meja-meja tamu sambil membawa kantong. Ia membagi hadiah kepada perajurit yang bisa tampil memukau saat menyanyi.

Mau tahu hadiahnya?

Yang saya saksikan malam itu adalah jam tangan Tag Heur yang dimasa itu amat terkenal dan mahal. Rupanya kantong yang ditentengnya itu berisi puluhan jam tangan. Tangannya tak pernah berhenti merogoh kantong untuk memberikan hadiah kepada para tamu.

Ada yang beruntung mendapat hadiah, padahal tidak menyanyi, tetapi lantaran  kemahirannya berjoget sehingga suasana meriah dan mendapat tempik sorai dari para tamu. Sayangnya, hadiah tidak untuk tamu seperti kami.

Wismoyo adalah perajurit yang merangkak dari bawah. Menurut data Wikipedia, Jabatan demi jabatan ditapakinya di jajaran korps baret merah sampai dengan jabatan Danjen Kopassus.

Sosok Wismoyo yang merupakan kerabat  Presiden Soeharto (menikah dengan Sri Hardjanti adik sepupu Ibu Tien) terkenal tegas dalam menegakkan kedisiplinan. Namanya sempat mencuat sebagai kandidat Panglima ABRI tetapi Soeharto lebih memilih Feisal Tanjung dan menugaskan Wismoyo sebagai Ketua KONI.

Wismoyo adalah penggerak kekompakan seluruh kepala staf saat itu termasuk Kapolri dalam setiap kebijakan, bahkan di eranya setiap kepala staff memiliki agenda bergantian mengunjungi kesatuan angkatan lain.

Berkat didikan keras dari orangtuanya, cukup banyak anggota keluarga Arismunandar yang sukses di bidangnya masing-masing. Kakak pertamanya, Prof. Dr. Artono Arismunandar adalah mantan Dirjen Listrik dan Energi Baru, Departemen Pertambangan dan Energi, mengajar di FT UI.

Seorang kakaknya yang lain, Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, mantan Rektor ITB dan juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa pemerintahan Soeharto.

Selamat jalan Jenderal. Semoga Husnul Khotimah, mendapat tempat yang lapang, nyaman, dan indah di sisi Allah SWT. 

Penulis adalah wartawan senior