Poros Islam Pilpres 2024 Rumit, PKS Tidak Mungkin Mau Dipimpin PKB 

Pengamat politik, Ujang Komarudin/Net
Pengamat politik, Ujang Komarudin/Net

Rencana pembentukan Poros Islam yang berisi partai-partai berbasis Islam seperti PKB, PKS, dan PPP terus menuai reaksi. Sejauh ini hanya PAN yang menolak dan menyebut Poros Islam untuk Pemilu 2024 kontraproduktif.  


Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, rencana pembentukan Poros Islam itu teramat sulit meskipun PKB sebagai partai Islam yang mendapatkan suara terbanyak siap untuk memimpin poros tersebut jika dibentuk. 

"PKB siap. Tapi persoalannya PKS dan PPP siap tidak dipimpin PKB. Ini aja sesuatu yang rumit. PKS juga tak mungkin mau dipimpin PKB," kata Ujang Komarudin dilansir Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Sabtu (17/4). 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menambahkan, jika antar parpol Islam saja sangat sulit untuk berkoalisi, apalagi sampai menentukan capres dan cawapresnya jika poros Islam tersebut terbentuk nantinya. 

"Kalau pun terbentuk, figurnya pun masih harus dibicarakan dan dikompromikan. Masih panjang. Belum tahu juga figurnya siapa-siapa saja," demikian Ujang Komarudin. 

Ketua Komisi X DPR RI Fraksi PKB Syaiful Huda, menilai, pernyataan pakar hukum tata negara Refly Harun yang menyatakan pembentukan Poros Islam di Pilpres 2024 sulit terwujud jika tanpa PKB sangat beralasan dan relevan. 

Sebab, PKB merupakan partai berbasis Islam yang mendapatkan suara terbanyak alias pemenang partai Islam di Pemilu 2019 lalu. 

"Apa yang disampaikan Refly Harun sangat relevan ya menurut kami. Karena apa? Karena PKB kan partai Islam pemenang di Pemilu 2019 lalu," kata Huda. 

Huda menambahkan, pada prinsipnya PKB membuka diri, termasuk rencana pembentukan Poros Islam untuk Pilpres 2024 mendatang. Bahkan, PKB siap memimpin koalisi poros Islam tersebut. 

"Prinsipnya kita open terkait koalisi poros islam ini, bahkan siap menjadi pemimpin dari partai-partai berbasis masa islam ini," tuturnya. 

"Karena PKB memang sebagai partai berbasis masa islam terbesar di Indonesia," demikian Syaiful Huda.