Bulan Ramadhan, Kolang-kaling di Lereng Gunung Lawu Buatan Miyati Kebanjiran Order

Miyati, Pengerajin Kolang-kaling di Kaki Gunung Lawu/RMOLJatim
Miyati, Pengerajin Kolang-kaling di Kaki Gunung Lawu/RMOLJatim

Ramadhan merupakan bulan yang berkah bagi Miyati, salah seorang pengerajin kolang-kaling di lereng gunung Lawu, di Kabupaten Ngawi.


Sejak bulan suci ramadhan, perempuan berusia 65 tahun ini kebanjiran order. Bahkan, ia mampu memproduksi 1 kuintal Kolang-kaling dalam waktu sepekan.

Diungkapkan Miyati, kolang-kaling yang dibuatnya itu dari bahan dasar buah aren.

"Kualitas dari buah aren hasilnya akan sangat bagus, berbeda dengan lainnya. Ini lebih kenyal," katanya pada Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (18/4).

Meski demikian, Warga Dusun Celep, Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Ngawi ini mengaku masih kesulitan untuk mencari bahan baku buah aren, karena sudah langka. 

"Untuk beberapa tahun terakhir agak sulit mendapatkannya," ujarnya.

Dia menjelaskan, mengolah buah kaling-kaling untuk mendapatkan biji berwarna putih itu memang bukan pekerjaan mudah. Pertama kali, buah kolang-kaling yang masih terbungkus direbus sekitar satu jam sampai warna kulit berubah menjadi hijau tua. Setelah itu, biji kolang-kaling berwarna putih cerah dikeluarkan dari bawah kulitnya.

Setelah biji berhasil dikeluarkan dengan cara dikupas satu persatu buahnya lalu direndam dengan air beras untuk menghilangkan getah yang ada. Kemudian dikeringkan, baru dikemas sesuai pesanan pelanggan.

"Juga di jual ke pasar yang sudah menjadi langganan," pungkasnya.

Dari informasi yang dihimpun, harga kolang-kaling buatan Miyati ini tembus Rp 17 ribu hingga 18 ribu untuk perkilogramnya.