Anies Baswedan Dan Ki Ageng Tegalsari

Anies Baswedan saat bermalam di kamar Kiai Ageng Besari Ponorogo/Ist
Anies Baswedan saat bermalam di kamar Kiai Ageng Besari Ponorogo/Ist

DIA datang bukan layaknya tamu. Dia datang lebih sebagai seorang saudara yang tinggal nan jauh di Jakarta dan kembali ke Pendopo Ageng Tegalsari, Ponorogo, untuk menemui keluarga besarnya. Kami cukup memanggilnya Mas; Mas Anies Baswedan. 

Meskipun dia kini menyandang jabatan sebagai Gubermur DKI, tapi kami lebih nyaman memanggilnya dengan Mas Anies aja. Tanpa gelar, tanpa atribut, karena dia kini menjadi bagian dari keluarga besar kami, Trah Kiai Ageng Muhammad Besari, Tegalsari, Ponorogo. 

Trah ini telah melahirkan ribuan anak-turun, dan menurunkan orang-orang hebat bagi negeri. Sebut saja nama orang besar seperti Pujangga Ronggowarsito, Pangeran Diponegoro, HOS Tjokroaminoto, para pendiri Ponpes Gontor, dan Gus Dur.

Mereka tumbuh dan besar sebagai bagian keluarga besar Trah Kiai Ageng Mohammad Besari. 

Malam ini, kabahagiaan kami tak terbendung. Tanpa protokol, tanpa formalitas, Mas Anies datang berkunjung. Tak hanya menjenguk dan sekadar formalitas, Mas Anies yang rencananya akan menginap di salah satu hotel di Kota Madiun itu menjawab siap dan setuju, ketika kami undang untuk bermalam di Tegalsari saja. 

Malam itu, Mas Anies bermalam di Pendopo Ageng, Rumah Joglo peninggalan Kiai Mohammad Besari yang telah berumur lebih dari 300 tahun.

Mas Anies bahkan tidur di Ndalem Njero Pendopo Ageng yang dulu menjadi kamar pribadi Kiai Ageng Mohammad Besari. 

Padahal kamar itu sudah puluhan bahkan mungkin lebih dari 100 tahun tak pernah ditiduri orang lain. 

Keluarga besar tetap merawat kamar itu, tetapi tak pernah ada yang berani tidur di kamar itu, karena akan mengalami kejadian-kejadian aneh yang tidak diharapkan.

Bahkan kami sering ketemu tamu yang baru mendekati ke Pendopo Ageng saja sudah tidak kuat. Apalagi tidur di kamar sakral itu, banyak yang tidak sanggup.

Tapi ini luar biasa, Mas Anies bahkan bisa tidur nyenyak di kamar itu. Baru bangun ketika kami bangunkan menjelang sahur. Ketika kami-kami tanya gimana pengalamannya, dan cuma jawab pakai senyum. 

Ini mungkin seperti sebuah kode ‘penerimaan’ dari Eyang Ageng terhadap Mas Anies. Mas Anies telah diterima sebagai penerus perjuangan Eyang Ageng Mohammad Besari.

Hampir semua dari kami tak pernah bertemu dengan Mas Anies sebelumnya. 

Malam itu menjadi kali pertama kami bertemu secara fisik, tetapi suasana akrab sebagai keluarga langsung terbangun sejak sore saat pertama kali sampai dia datang ziarah ke makam Eyang Ageng Mohammad Besari,dilanjutkan dengan buka bersama, tarawih bersama, bercengkrama sampai tengah malam, sahur bersama, dan ditutup dengan salat Subuh berjamaah. 

Selepas Sholat Subuh, Mas Anies meneruskan perjalanan ke Ngawi, ada panen raya disana. 

Barangkali ada yang bertanya, atas hubungan apa Anies Baswedan merupakan bagian keluarga besar Tegalsari? Mas Anies adalah orang yang ketiban pulung mewarisi Rumah Joglo tinggalan Trah Keluarga Eyang Ageng Mohammad Besari. 

Rumah pribadi yang ditempati Mas Anies di Lebakbulus, Jakarta Selatan, ternyata adalah joglo yang usianya sudah ratusan tahun itu. 

Ada cerita panjang kenapa Mas Anies bisa mewarisi rumah itu, tetapi saya tidak perlu menceritakannya karena toh sudah ada tayangan Youtube menceritakan tentang joglo ‘Satriyo Pinayungan’ tempat tinggal orang nomor satu di DKI itu. 

Yang saya mau ceritakan, Mas Anies datang ke Tegalsari mengesankan sebagai seorang yang sowan dan melaporkan bahwa Rumah Joglo warisan itu telah dirawat dengan sangat baik dan ditempatkan secara mulia. 

Makanya kami menerima kedatangan Mas Anies dengan sepenuh hati, bukan sebagai tamu yang berkunjung tetapi sebagai bagian dari keluarga besar keturunan Tegalsari. 

Keluarga Besar Kiai Ageng Muhammad Besari/Budayawan