Penerima Vaksinasi Covid-19 Di Ngawi  Mempertanyakan Jeda Penyuntikan

Kegiatan vaksinasi Covid-19 di Ngawi/RMOLJatim
Kegiatan vaksinasi Covid-19 di Ngawi/RMOLJatim

Ratusan orang terlihat menjalani vaksinasi Covid-19 di UPT Puskesmas Teguhan masuk Kecamatan Paron, Ngawi, Senin, (17/5). Dari pantauan kantor berita RMOL Jatim, vaksinasi dengan sasaran warga berusia di atas 18 tahun tersebut merupakan penyuntikan pertama atau dosis kesatu. Sedangkan penyuntikan kedua sesuai keterangan pasca vaksinasi pertama didalam surat keterangan tertanggal 9 Agustus 2021.


Dengan jeda waktu sekitar 12 pekan antara vaksinasi dosis pertama dan kedua membuat pertanyaan beberapa orang penerima vaksin Covid-19 tersebut. Mengingat pada umumnya mereka mengetahui jika jeda waktu antara penyuntikan vaksin pertama dan kedua hanya jeda 14 hari atau 2 pekan. 

"Kaget juga jeda antara pertama dan kedua sangat lama ya padahal sebelumnya hanya 14 hari. Setelah ada pengumuman dari tenaga medis ternyata vaksinnya memang beda," kata Ali Wahyudi seorang warga penerima vaksin, kepada Kantor Berita RMOLJatim, Senin (17/5).

Menanggapi hal itu  Kepala UPT Puskesmas Teguhan, Mudo Trimaryo

mengatakan, vaksin yang disuntikkan kali ini bukan Sinovac melainkan vaksin AstraZeneca. Soal jeda waktu penyuntikan secara singkat ungkapnya, hanya faktor formulasi dari vaksin itu sendiri. Artinya mutu dan kwalitas dari vaksin AstraZeneca sudah teruji klinis dan sangat aman digunakan.

"Hanya beda formulasinya dan lebih jelasnya silahkan tanya ke dinas saja ya biar detail menjelaskan nanti," ujar Mudo Trimaryo.

Terpisah,  Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Ngawi, Jaswadi menjelaskan, masyarakat penerima vaksin Covid-19 tidak perlu meragukan hadirnya vaksin AstraZeneca. Ia menerangkan perbedaan vaksin Sinovac dengan AstraZeneca hanya beda merek saja. 

"Intinya sama antar kedua jenis vaksin baik Sinovac maupun AstraZeneca ini yakni halal digunakan sesuai rekomendasi dengan mutu sama bagusnya hanya beda nama saja," beber Jaswadi.

Perbedaannya adalah untuk vaksin Sinovac yakni dikembangkan oleh biteknologi asal China tentunya dengan teknologi vaksin, inactivated virus atau virus utuh dari SARS-CoV-2 atau penyebab Covid-19 yang sudah dimatikan. Vaksin Sinovac tujuannya adalah memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respon penyakit yang serius.

Sedangkan vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan vaksin asal Inggris bersama ilmuwan di University of Oxford. Vaksin Covid-19 ini berbasis vaksin vektor adenovirus simpanse. Dan diartikan pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghidari kemungkinan infeksi parah terhadap manusia.

Usia penerima vaksin AstraZeneca disarankan pada orang berusia 18-64 tahun, serta direkomendasikan untuk diberikan pada lansia usia 60 tahun ke atas. Vaksin AstraZeneca juga diklaim efektif dalam melawan varian baru virus corona B.1.1.7. Masih kata Jaswadi, saat ini Kabupaten Ngawi per 6 Mei 2021 lalu secara total telah menerima vaksin Covid-19 sebanyak 69.310 dosis. 

Dari total dosis itu rinciannya adalah 39.418 dosis telah disuntikan kepada petugas pelayanan publik dan tenaga kesehatan. Sisanya 29.892 dosis diarahkan atau disuntikan kepada sisa tenaga pelayanan publik serta para lansia. Namun disisi lain tegas Jaswadi vaksinasi Covid-19 di Ngawi secara umum memang terjadi hambatan dan faktornya bermacam-macam.

"Faktor hambatan itu beragam antara lain persepsi halal dan non halal pada penerimaan vaksin jenis tertentu. Kelambatan pemenuhan logistik vaksin itu sendiri dan terakhir soal anggaran akibat refocusing," urai Jaswadi.