Kebobrokan BUMN Cepat Terungkap Karena Ada Pandemi Covid-19

Peneliti Indef Dzulfiyan Syafrian/RMOL
Peneliti Indef Dzulfiyan Syafrian/RMOL

Laba perusahan BUMN anjlok menyentuh 77 persen sepanjang tahun 2020. Menurut Peneliti Indef Dzulfiyan Syafrian, ini hanyalah puncak gunung es dari bobroknya perusahaan pelat merah di Indonesia. 


Dikatakan Dzulfiyan Syafrian, sebab anjloknya laba BUMN karena pandemi virus corona baru (Covid-19) tidaklah tepat. 

Justru kata Dzulfiyan, sejak dulu perusahaan di bawah naungan Kementerian BUMN adalah parasit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). 

Kucuran dana pada BUMN lebih sering berfungsi sebagai sapi perah pemerintah atau pelaku usaha yang terkait dengan elite politik tertentu. 

"Namanya jadi parasit dari dulu, kan sudah tinggal nunggu waktu, sekarang dihantam pandemi. Jadi sebenarnya soal berkala waktu, sekarang, besok atau tahun depan," ujar Dzulfiyan dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/6). 

Pandemi Covid-19, di mata Dzulfiyan hanya mempercepat terungkapnya kontak pandora ketidakberesan pengelolaan BUMN di Indonesia. 

Ia kemudian mencontohkan masalah yang dialami PT Garuda Indonesia. Selama ini, Garuda masih terus mengalami defisit. Padahal, harga tiet selalu lebih mahal dengan pelayanan yang serupa dengan maskapai lainnnya. 

"Sebelum pandemi (Garuda) juga masih rugi Nggak masuk akal kalau rugi, pasang harga tiket paling tinggi pelayanan mirip dengan yang lain. Sehausnya kalau rugi harganya diturunin jasanya dikurangi," analisa Dzulfiyan. 

Lebih lanjut Dzulfiyan, perusahaan pelat merah di Indonesia merasa ada di zona nyaman. Pasalnya rata-rata pola pikir BUMN saat dalam keadaan rugi, negara akan memberi bailout oleh negara. 

"Mereka (BUMN) ada di zona nyaman. Ngapain dibagus-bagusin, toh saat kolaps atau defisit nanti dibailout oleh negara, dan ini terjadi hampir di semua BUMN," tandasnya.

Seperti diketahui, PT Garuda Indonesia per Mei 2021 menanggung utang mencapai Rp 70 triliun. Utang itu disebabkan oleh biaya sewa pesawat di luar batas wajar. 

Sedangkan PT PLN disebutkan Menteri BUMN Erick Thohir menanggung utang fantastis sebesar Rp 500 triliun.