Kemunculan sejumlah baliho bergambar Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani merupakan tanda masyarakat semakin berani mendukung putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu untuk maju dalam kontestasi politik 2024.
- Baliho Anies-Muhaimin Minim, Timnas: Kami Tak Punya Duit
- Sindir Puan Maharani, Pengamat Politik: Rakyat Gak Butuh Baliho, Tapi Sembako
- Airlangga Akui Elektabilitasnya Naik Gegara Baliho
Begitu kata pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menanggapi sejumlah baliho bergambar Puan yang mulai bermunculan di beberapa sudut jalan. Baliho berukuran besar tersebut bergambar foto Puan Maharani dan dilengkapi tulisan “barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam”.
"Itu pertanda mulai muncul dukungan di daerah-daerah agar Puan maju 2024,” ujar Adi, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Senin (14/6).
Baginya dukungan itu menjadi wajar mengingat Puan Maharani juga tengah rajin safari ke berbagai daerah. Baliho tersebut menjadi penegasan bahwa Puan mendapatkan sokongan moril dari masyarakat. Sambutan masyarakat menjadi jawaban positif atas aktivitas Puan yang sering turun ke daerah.
"Bak gayung bersambut, dukungan mulai muncul dan mulai roadshow," ungkapnya.
Semantara bagi pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing kemunculan baliho akan berdampak positif bagi Puan. Sebab bisa meningkatkan kesadaran masyarakat dan menghasilkan popularitas yang positif.
"Dengan popularitas yang positif ini, tentu titik awal mendorong kesukaan publik kepada Puan, kemudian dapat mendongkrak elektabilitas," terangnya.
Dukungan untuk Puan Maharani sendiri bukan hanya mengalir dari kelompok relawan, tapi juga dari jajaran internal PDIP. Tidak sedikit pimpinan di tingkat pusat hingga tingkat cabang yang mulai menyatakan dukungan dengan tegas.
- Kembali Didemo, Polrestabes Surabaya Terima Dua Laporan Polisi Terkait Akun Connie
- Prabowo Menang Tebal di Jatim, Anies dan Ganjar Tak Sampai Lima Juta Suara
- Pemilu Sukses Digelar, Mujadalah Kiai Kampung Tak Mau Tagih Janji