49 Tahun Berdiri, Inilah Capaian Positif Petrokimia Gresik Untuk Indonesia

foto/rmoljatim
foto/rmoljatim

Petrokimia Gresik perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia. Salah satu upayanya melalui peningkatan kinerja serta akselerasi program hilirisasi produk melalui pembangunan pabrik baru.


Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, menyatakan bahwa ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19 telah menjadi stimulus bagi industri pupuk dan pangan dalam negeri, khususnya Petrokimia Gresik untuk memperkuat sektor produksi pertanian domestik sebagai penopang ketahanan pangan nasional. 

"Terbukti, pertanian menjadi salah satu sektor yang tumbuh positif selama pandemi Covid-19. Bahkan, pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan peningkatan kinerja perusahaan," ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (10/7).

"Tahun 2020 Petrokimia Gresik berhasil mencatat kinerja positif, dengan perolehan laba sebesar Rp 1,42 triliun (audited) atau 118 persen dari target RKAP 2020, Kinerja positif ini, merupakan wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung pemerintah memperkuat ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19,” tuturnya.

Tidak hanya di pasar domestik, lanjut Dwi adanya global supply shock juga memberikan peluang bagi Petrokimia Gresik untuk melakukan ekspansi pasar dan menggenjot ekspor. 

"Penjualan ekspor Petrokimia Gresik di tahun 2020 mencapai 494 ribu ton, meningkat 25 persen dari penjualan ekspor tahun 2019. Bahkan Petrokimia Gresik mampu menguasai market share pupuk NPS di India sebesar 35 persen," ungkapnya saat memberikan sambutan secara virtual dalam memperingati HUT ke 49 Petrokimia Gresik.

“Keberhasilan ini membuktikan bahwa selama 49 tahun berdiri, Petrokimia Gresik mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Bahkan, memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan teknologi pemupukan di Indonesia. Diantaranya menjadi pioneer pupuk berbasis fosfat pada tahun 1980an, pioneer pupuk NPK berbasis chemical reaction di tahun 2000, dan pioneer pupuk organik di tahun 2005," tegasnya.

Sedangkan di tahun 2021 sambung Dwi menjadi tonggak sejarah baru bagi Petrokimia Gresik, dimana Petrokimia Gresik telah melakukan sederet langkah strategis untuk meningkatkan daya saing sekaligus kontribusi dalam memperkuat ekonomi nasional.

"Salah satu yang telah terealisasi di tahun ini adalah pembangunan pabrik Green Surfactant berkapasitas 600 kiloliter (kL) yang memanfaatkan gas SO3 dari pabrik asam sulfat sebagai bahan baku. Green Surfactant merupakan produk surfaktan lokal pertama di Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery)," paparnya.

“Apa yang dilakukan Petrokimia Gresik ini, menjadi terobosan penting bagi industri minyak dan gas (migas) di Indonesia. Sebab ke depan pengembangan bisnis dengan optimalisasi potensi yang ada, akan difokuskan pada hilirisasi produk untuk memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai perusahaan berbasis related diversified industry agar terus tumbuh dan sustainable," pungkasnya.