Jukir Liar di Area Vaksinasi Massal G10N Surabaya, Sehari Per Orang Kantongi Ratusan Ribu Rupiah  

Parkir liar di samping Stadion G10N/RMOLJatim
Parkir liar di samping Stadion G10N/RMOLJatim

Vaksinasi massal yang digelar pemerintah Kota (Pemkot) dan Forum Komukasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Surabaya di Gelora 10 November (G10N) membawa berkah bagi masyarakat sekitar.


Sebab dengan adanya kegiatan itu warga sekitar dapat memanfaatkan sebagian badan jalan di samping maupun depan G10N untuk lahan parkir.

Tak ayal dalam sehari para juru parkir (jukir) liar ini dapat mengeruk keuntungan yang cukup lumayan besar.

Tercatat dalam sehari ribuan masyarakat berbondong-bondong untuk melakukan vaksinasi massal.

Meski terkadang menyusahkan bagi pengendara yang lewat di depan Stadion G10N lantaran menyempitnya jalan sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas.

Namun sayangnya pihak Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya enggan melakukan penertiban para jukir liar tersebut.

Parahnya lagi, bukannya menertibkan malah petugas Dishub Kota Surabaya terlihat 'bergabung' dengan jukir liar tersebut.

Tak hanya soal kemacetan. Namun, warga yang sudah melakukan vaksin terpaksa menggerutu lantaran tarif parkir yang dipatok cukup mahal yakni Rp 5 ribu untuk roda dua bahkan tanpa dilengkapi karcis.

Kendati meresahkan bagi masyarakat, tapi sebaliknya hal tersebut dianggap membawa rejeki oleh Choirul Anwar (52) warga Tambaksari, dan Rizal (46).

"Saya kira nggak akan kayak ini, rejeki dadakan, kayak gini susah cari penghasilan. Dalam kondisi gini lumayan dapat rezeki apa lagi sampai minggu," kata Choirul dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jum'at (9/7).

Ia menambahkan menjadi jukir dengan kapasitas kendaraan yang luar biasa banyak itu tidaklah mudah.

Butuh tenaga yang ekstra besar untuk mengawasinya. Makanya saat menjaga parkir ia dibantu 3 orang temannya. Alhasil penghasilan parkir setiap hari akan dibagi rata untuk 5 orang. 

"Penghasilan hari ini dibagi orang 5," jelasnya.

Menurut Choirul Anwar menjadi jukir bukan merupakan impiannya. Ia mengaku sebelumnya sempat bekerja di beberapa tempat. Lantaran dirusak pandemi Covid-19, ia ikut dalam rombongan pengurangan pegawai.

"Sebelumnya kita kerja, kalau enggak ada vaksin disini enggak ramai," akuya.

Choirul menjelaskan, penghasilan jukir dadakan tidak menentu. Namun terbilang cukup untuk ukuran penghasilan harian.

"Kemarin pembagian Rp 200 ribu per orang, sekarang Rp 160 ribuan. Kemarin keluar masuk. Kemarin dapat Rp 800 ribuan, itu diambil makan dan dan lain-lain. Seluruhnya Rp 900 ribuan lah kepotong makan, minum, rokok," terangnya.

Selain itu, di area G10N tak hanya satu kelompok yang mempersiapkan lahan parkir, bahkan bisa mencapai belasan kelompok. Beruntungnya para kelompok ini tak berebut lahan parkir.

"Ini wilayah-wilayahan, beda-beda orang, perbatasannya per corong merah," ujarnya sambil menunjuk traffic cone.

Choirul mengaku tak menarik harga tarif parkir seperti pada umumnya. Ia lebih menyerahkan seenuhnya harga tarif menjaga sepeda motor kepada pemiliknya.

"Sukarela, kadang 2 ribu kadang 5 ribu, tapi kebanyakan 5 ribu," pungkasnya.