Nak, Ibu Sedang Melacur! (6)

Cover by Denny NJA
Cover by Denny NJA

Terhipnotis Penari

Pertemuan Rika dan Andreas terjadi di pesta pernikahan. Saat itu ia mendapat undangan menari. Selesai menari, pemuda itu mendatanginya. Tampan. Macho. Gaya bicaranya lembut. Rambut cepak menyerupai tentara terkena disersi. Bodi kekar.

Seandainya dia bertelanjang dada, wanita mana yang tidak duyu kuyu. Kulitnya kuning langsat. Sepintas wajahnya mirip Tora Sudiro.

Yang membuat Rika tak kuat adalah rayuan. Bak disambar petir di siang bolong, rayuan Andreas membuat hatinya luluh.

Pemuda itu memberi secarik kertas. Isinya: Aku terhipnotis oleh tarianmu. Bolehkah aku tahu siapa namamu?

Mereka berkenalan.

Usia Andreas lebih tua 3 tahun. Dia mengaku bekerja sebagai pegawai bank swasta di Lamongan.

Tak banyak yang mereka bicarakan malam itu, selain saling mengenal nama. Pesta usai. Mereka berpisah. Tapi sebelumnya mereka sempat bertukar alamat.

“Aku kira, pertemuan itu adalah pertama dan terakhir. Aku kira Andreas tak pernah serius denganku. Aku kira, malam itu Andreas sekedar menyempatkan waktu untuk ngobrol denganku sambil menunggu pesta usai. Setelah itu, semua akan menjadi kenangan.”

Tak pernah terlintas dalam pikiran Rika, ada cowok yang mau sama penari. Kecuali kepepet. Tak ada yang bisa diharapkan dari penari. Terlebih, penari yang sudah menjanda.

Perkiraan Rika meleset. Pemuda itu datang ke rumah. Tak disangka akan begini cepat. Padahal, baru semalam mereka berkenalan. Dia benar-benar serius. Selain tampan, ternyata pemuda itu juga baik dan sopan. Dia mengajak Rika berkencan.

“Tanjung Kodok!” Katanya.

“Ah, aku tersanjung.”

Gayung bersambut.

Mereka pergi ke pesisir Utara. Tempatnya indah tapi panas. Banyak batu karang besar menyerupai kodok. Tapi pemandangannya sangat menyenangkan. Udara di sana bersih. Hamparan laut yang menerjang batu karang membikin hati tercabik-cabik.

Meski jaraknya sangat jauh, Rika senang saja. Sebab ada Andreas di sisinya.

Mereka naik motor.

Di situlah, cinta bersemi. Di situ, Andreas mengungkapkan perasaannya.

Laki-laki itu ceplas-ceplos. Hari itu, Andreas menyatakan cinta. Hari itu, cintanya diterima.

Sampai dua bulan kemudian, mereka memutuskan untuk menikah.

Sebenarnya, Rika tak ada rencana untuk menikah. Jujur, ia masih trauma. Setiap mengenang malam-malam pertama bersama Tuan PNS, perasaan itu selalu menghantui.

Apakah Andreas benar-benar suami yang baik? Apakah dia seorang maniak? Apakah dia benar-benar mencintai Rika setulus hati? Apakah dia akan menyiksanya?

Rika cuma pasrah. Hanya Tuhan yang tahu apakah pernikahannya berjalan lancar atau tidak. Memang sempat ia hendak membatalkannya. Pada akhirnya Si Om turun tangan. Dia menasehati banyak hal.

Si Om bilang:

Nduk, masa lalu bukan sesuatu yang harus ditangisi atau dijauhi. Masa lalu adalah sesuatu yang harus kamu jalani. Kamu akan menjadi manusia tangguh jika berani menghadapi hidup yang pahit.”

Rika menangis mendengarnya. Saat itu dirinya sadar. Bahwa, apa yang terjadi di dunia ini, adalah kehendak Tuhan. Kita tidak bisa menolak. Dia yang punya hak menghidupkan. Dia juga yang punya hak mematikan. Dia punya hak membuat kita menderita. Dia juga punya hak membuat kita senang.

Ini hanya masalah waktu. Apa yang akan terjadi esok, biarlah terjadi. Toh, kita tak tahu apa rencana Tuhan.

Pernikahan jalan terus.

Seperti pernikahan pertama, pernikahan kedua berlangsung khidmat. Ada modin, ada om, ibu, ayah dan saudara-saudara.

Memasuki malam pertama, semua kekhawatiran itu tak jadi kenyataan. Sang suami memperlakukan Rika dengan lembut dan halus.

Dia tak menyiksa, tak menampar, tak memukul, tak mencekik. Bagai seorang dewi, malam itu Rika benar-benar merasa hidup. Dan malam itu, Rika menjadi istri paling bahagia di dunia.[bersambung]

Penulis wartawan Kantor Berita RMOLJatim