Gus Dur Dijatuhkan Bukan Karena Buloggate Maupun Bruneigate

Mantan anggota DPR RI periode 1999-2004, Fuad Bawazier (kiri)/Net
Mantan anggota DPR RI periode 1999-2004, Fuad Bawazier (kiri)/Net

Di penghujung masa kepresidenan Gus Dur, ada skandal Buloggate dan Bruneigate.  Di sinilah Gus Dur dituduh telah menyelewengkan dana Yayasan Bina Sejahtera (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog).


DPR kemudian membuat Panitia Khusus (Pansus) bersama dengan kasus Bruneigate, yakni tudingan kepada Gus Dur telah menyelewengkan dana sumbangan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah untuk rakyat Aceh sebanyak 2 juta dolar AS.

Namun menurut Fuad Bawazier Fuad Bawazier, salah satu tokoh yang ada dalam perjalanan menjelang lengsernya Presiden Gus Dur sekaligus menjabat menjabat sebagai Anggota DPR RI periode 1999-2004 itu, jatuhnya Gus Dur dikarenakan mengeluarkan maklumat atau yang lebih dikenal dekrit presiden pada 23 Juli 2001, dimana isinya membekukan MPR dan DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, dan membekukan Partai Golkar.

Dekrit itu dikeluarkan Gus Dur Senin dini hari sekira pukul 01.30.

“Buloggate dan Bruneigate itu tidak cukup kuat untuk menjatuhkan Gus Dur,” kata Fuad Bawazier saat menjadi pembicara Secangkir Opini bertajuk '20 Tahun Pemakzulan Gus Dur: Siapa Sang Dalang?' yang ditayangkan akun Youtube Refly Harun, Kamis malam (22/7).

“Jadi bukan karena Buloggate atau Bruneigate, tapi karena kita dibubarin sebagai lembaga legislatif, maka besok (pagi menjelang siang) sidang (istimewa),” demikian Fuad dikutip Kantor Berita Politik RMOL.

Hal tersebut berbeda dengan pandangan mantan Jurubicara Gus Dur, Adhie Massardi yang menyebut lengsernya Gus Dur karena konflik politik antara Megawati dan Gus Dur.

"Dekrit itu merupakan respons, tapi ini (lengsernya Gus Dur) 100 persen pertarungan politik antara presiden dan wakil presiden, memanfaatkan situasi kritis di parlemen," kata Adhie dalam acara yang sama.

Selain Fuad Bawazier dan Adhie Massardi, turut hadir pembicara lain seperti mantan Menko Ekuin era Gus Dur, Rizal Ramli; mantan ketua pansus Buloggate dan Bruneigate, Bachtiar Chamsyah; MS Kaban; wartawan senior, Teguh Santosa; dan peneliti sekaligus pengamat politik, Eep Saefulloh Fatah.