Jiplak-Menjiplak Terang Bulan

Jaya Suprana/ net
Jaya Suprana/ net

SATU di antara sekian banyak lagu yang diajarkan ayah kepada saya adalah Terang Bulan dengan teks diskriminatif gender sambil mendiskreditkan kaum lelaki: 

Terang bulan, terang bulan di kali

Buaya timbul disangkalah mati

Jangan percaya mulutnya lelaki

Berani sumpah ‘tapi takut mati

Jangan percaya orang lelaki

Berani sumpah dia takut mati.

Melodi

Secara musikalis melodi Terang Bulan berawal dengan nada di dalam kurun harmoni tonika 5531 lalu 11531 sebelum pindah ke dominan dengan gerak auftakt 712 sangat saya gemari.

Sehingga band anak-anak yang saya dirikan kerap mempergelarkan Terang Bulan di panggung mana pun kami tampil. Ketika Bung Karno memaklumatkan konfrontasi terhadap Malaysia dan Singapura, sebagai warga Indonesia yang terlanjur menganggap lagu Terang Bulan adalah lagu Indonesia, saya marah akibat Malaysia menggunakan melodi Terang Bulan sebagai melodi lagu kebangsaan mereka dengan judul “Negaraku”.

Amarah saya tidak sendirian sebab perusahaan rekaman Indonesia, Lokananta juga garang menuntut pemerintah Malaysia atas jiplakan melodi Terang Bulan menjadi melodi lagu kebangsaan Malaysia.

La Rasalie

Ternyata saya mau pun Lokananta benar bahwa melodi lagu kebangsaan Makaysia sama persis plek melodi Terang Bulan.

Namun sebenarnya melodi Terang Bulan sama dengan Negaraku sama-sama menjiplak lagu “La Rosalie” digubah oleh Pierre-Jean de Béranger seorang penyair merangkap pemusik berkebangsaan Prancis kelahiran tahun 1780.

Lagu gubahan warga Prancis tersebut kemudian menjadi lagu yang terkenal bahkan merambah sampai ke masyarakat pulau Mahé di Seychelles.

Popularitas lagu tersebut kemudian melintasi lautan Hindia sampai mencapai ke Asia Tenggara. Pada tahun 1888, lagu tersebut digunakan sebagai lagu kebangsaan negara bagian Perak, “Allah Lanjutkan Usia Sultan” oleh Sultan Idris pada masa kolonialisme kerajaan Inggris di bawah kekuasaan Raja Edward VII.

Jiplak-Menjiplak

Berarti sebaiknya saya jangan cepat marah apalagi marah-marah karena baik Terang Bulan mau pun Negaraku samasama menjiplak melodi La Rosalie yang polemiknya kemudian langsung berhenti setelah Indonesia berhenti konfrontasi Malaysia.

Dari kasus marah-marah melodi Terang Bulan dijiplak Negaraku, namun ternyata sama-sama menjiplak La Rosalie, saya memetik hikmah yaitu belajar lebih jihad al nafs menaklukkan hawa nafsu amarah saya sendiri sebelum menghakimi lagu ini menjiplak lagu itu selaras warisan wejang adiluhur Jesus Kristus yaitu jangan menghakimi apalagi saya bukan hakim.

Pendiri Museum Rekor Indonesia