Satpol PP Kota Surabaya Dinilai Tidak Paham SOP Asal Tangkap Anak Saat Razia PPKM

Anis Sadah/Ist
Anis Sadah/Ist

Satuan Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya dinilai tidak paham dengan standar penanganan pelanggar protokol kesehatan (Prokes) yang dilakukan anak di bawah umur. 


Hal ini disampaikan Pemerhati Masalah Perempuan Dan Anak, Anis Sadah saat menanggapi penangkapan anak di bawah umur oleh Satpol PP Kota Surabaya pada Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (29/7).

"Seharusnya ada SOP untuk pelanggar Prokes anak di bawah umur. Kalau tidak ada, ini tandanya Pemkot Surabaya tidak siap dan tidak menyiapkan perangkat serta SOP. Jadinya Satpol PP main asal tangkap," kata Anis.

Ditambahkan Anis, penindakan pelanggaran terhadap anak yang melanggar PPKM level 4, seharusnya dilakukan secara khusus. Tidak bisa penindakan anak disamakan dengan orang dewasa. 

"Dalam SOP razia pastinya dari awal ditanyakan identitas. Lalu disesuaikan dengan kelengkapan. Jika yang melanggar anak-anak, mereka pastinya tidak memiliki identitas. Di sini Satpol PP harus jeli, jangan asal menangkap apalagi sampai dikeler. Kalau dalam pemeriksaan identitas pengakuannya masih anak seharusnya pihak Satpol PP saat itu juga langsung menghubungi ortu dan cukup memperingatkan ortu saja," jelasnya. 

Anis menilai, adanya penangkapan anak hingga dikeler menunjukkan bahwa Satpol PP Kota Surabaya tidak paham dengan SOP. 

"Ada dua bidikan. Peraturan dan perangkat pelaksana. Kalau memang SOPnya tidak ada berarti yang salah adalah yang bikin SOPnya. Kalau ada SOP tapi standar itu tidak dijalankan perangkat, berarti perangkat itu yang salah. Perlu diketahui bahwa juklak juknis itu menjadi acuan perangkat pelaksana," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan seorang anak bernama Yosi Saputra (15), warga Sukomanunggal ditangkap dan dikeler mirip penjahat oleh Satpol PP Kota Surabaya saat razia perpanjangan PPKM level 4, Rabu malam (28/7). 

Yosi ditangkap Satpol PP saat keluar rumah langsung dan kemudian dibawa ke Liponsos Keputih untuk didata dan dilakukan pembinaan dengan cara diajak tour keliling melihat penderita Covid-19 yang melakukan isolasi di Liponsos Keputih dan melihat kuburan Covid-19.