Jika Presiden Cakap, Jebakan Investasi China Bisa Jadi Kekuatan

Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto/Net
Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto/Net

Pemerintahan baru Samoa berani mengurungkan proyek Belt and Road Initiatives (BRI) China. Langkah ini sebenarnya bisa diikuti Indonesia ketika saat China memberi kemudahan investasi. Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam memanfaatkan "turnamen" pengaruh.


Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (1/8).

Menurut Satyo, kampanye jalur sutera baru oleh China yang sekarang bernama BRI jelas sangat berpengaruh di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

"Pandangan China yang berbeda terkait investasi yaitu dengan lebih 'bersahabat' dan berbeda, di saat Jokowi dan pemerintahannya membutuhkan akselerasi pembangunan infrastruktur 'mercusuar' yang dianggap akan menstimulus Indonesia menjadi ekonomi maju karena percaya dengan ramalan para ideolog neoliberal yang mengendalikan oligarki di Indonesia," ujarnya.

Satyo pun sedikit membeberkan persoalan di beberapa negara yang berhubungan dengan China. Di antaranya, ketika ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin meningkat dan bersitegang dalam berbagai masalah, termasuk penanganan China terhadap wabah Covid-19 termasuk ketika China menolak penyelidikan lebih jauh terkait asal usul virus Covid-19 oleh WHO dan berbagai langkah kontroversial yang dibuat China soal Hong Kong.

Selain itu adalah, Laut China Selatan ataupun negara yang memiliki hubungan perdagangan khusus dengan AS, seperti Singapura, Filipina, Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan lain-lain.

"Sebetulnya pandemi Covid-19 bisa saja mengubah dinamika situasi di Indonesia, namun hal itu tergantung dari kecakapan Pak Jokowi dan para menterinya dalam memberikan adviser kepada Presiden," kata Satyo.

Padahal masih, kata Satyo, "jebakan" kemudahan investasi China justru memberikan kekuatan kepada Indonesia sebagai pemain utama.

"Sebagai pemain utama dalam memanfaatkan 'turnamen' pengaruh dan gelontoran investasi khususnya dalam perdagangan dan produksi vaksin made in Indonesia di saat gentingnya wabah Covid-19 dan semakin offensifenya 'show of' di antara China vs AS," pungkas Satyo.