Bingungologi Ologi-ologi

Jaya Suprana/Net
Jaya Suprana/Net

APA boleh buat, mau tak mau, suka tak suka, terpaksa harus saya akui bahwa istilah kelirumologi adalah hasil swasembada alias bikinan saya sendiri.

Wajar

Maka wajar bahwa istilah kelirumologi harus siap berperan sebagai obyek bulan-bulanan alias sasaran cemooh mereka yang tidak mau memahami makna apalagi manfaat istilah bikinan saya sendiri itu sebagai mulai dari mengada-ada, kurang kerjaan, menggantang asap sampai merusak bahasa.

Maka wajar pula bahwa saya rawe-rawe rantas malang-malang putung sampai babak-belur dalam jatuh-bangun berupaya membela diri dengan berbagai dalih yang sudah ada sampai ke yang belum ada maka diadakan.

Satu dari sekian banyak dalih adalah fakta bahwa terbukti begitu banyak ologi-ologi berkeliaran di dalam mau pun di luar kawasan ilmu pengetahuan.

Maka setelah kelirumologi, malah saya makin bersemangat mengada-ada dengan menggagas humorologi, malumologi, alasanologi, angkamologi, andaikatamologi, yang meski dicemooh mengada-ada terus nekad saya kembangkan menjadi ologi- ologi lain-lainnya sehingga saya merasa perlu menulis naskah mengada-ada ini sambil mendirikan Pusat Studi Ologi-Ologi demi menampung ologi-ologi yang menyusul diada-adakan setelah kelirumologi.

Mumpung bikin ologi-ologi belum dilarang undang-undang sains.

Keadilan

Bagi para penyemooh saya sebenarnya kurang adil sebab jika mereka konsekuen dalam menyemooh selayaknya juga harus menyemooh terminologi, psikologi, sosiologi, biologi, parapsikologi, sosiobiologi, hidrologi, antropologi, lepidopterologi, astrologi, litologi, kosmologi, astrobiologi, entomologi, phrenologi, etimologi, endrokinologi, epedemiologi, filologi, acarologi, epistemologi, agrologi, arkeologi, flenologi, cytomorfologi, dermatologi, arachnologi, zymomologi, horologi, horromologi, fitofarmakologi, fitopatologi, fitososiologi, virologi, topologi, kryologi, thermologi, anotologi, sontoloyologi, gerontologi, helioseismologi, geologi, ornitologi, orologi, refleksologi, parasitologi, selenologi, fonologi, vaksinologi, toksikologi, andreamonokrinologi, karyologi, imunologi, dan seterusnya dan selanjutnya sampai tak terhingga.

Mohon dimaafkan bahwa pada hakikatnya memang setiap insan termasuk saya dan anda berhak asasi membuat ologi-ologi alias terminologi masing-masing.

Merdeka!