99 Hari Juru Kunci Vaksinasi

 Illustrasi/RMOLLampung
Illustrasi/RMOLLampung

Setelah sepuluh hari tidak menulis dan berkomentar, akhirnya pagi tadi saya terpaksa kembali berkomentar dan siang ini kembali menulis.

Pagi tadi saya mengomentari pidato pelepasan kontingen PON terburuk dalam sejarah. Alih-alih memompa semangat para atlet agar berjibaku sekuat tenaga di Papua dan melupakan semua persoalan yang tertinggal di Lampung, Gubernur Arinal justru membebani fikiran dan mengganggu mental para atlet dan pelatih dengan memberi pernyataan seolah-olah selama ini mereka telah diurus oleh orang-orang yang salah, yang sedang diselidiki oleh kejaksaan perihal penggunaan dana yang digunakan untuk mempersiapkan keberangkatan mereka.

Entah memang tidak peka atau masih terus kesulitan mengendalikan emosinya sehingga sebuah pernyataan konyol harus disampaikan dalam momen sepenting itu.

Bisa jadi Gubernur Arinal sedang galau karena sampai kemarin sore data di dashboard vaksinasi KPC-PEN dan Kemenkes masih menunjukkan posisi Lampung sebagai juru kunci, baik untuk vaksinasi dosis pertama maupun dosis kedua.

Gubernur Arinal memang harus merasa malu karena walaupun sudah hampir sebulan sejak didatangi oleh Ketua KPC-PEN sekaligus Ketua Umum partainya dan sudah delapan hari sejak kunjungan Presiden Jokowi, capaian vaksinasi di Lampung tetap tidak beranjak dari posisi buncit di antara 34 provinsi lainnya.

Dari laman https://vaksin.kemkes.go.id per tanggal 10 September pukul 17.00 WIB saya memperoleh beberapa informasi menarik, antara lain:

1) Sejak tanggal 5 Juni sampai hari ini terhitung sudah 99 hari lamanya Lampung menduduki posisi terakhir dengan capaian vaksinasi terendah di Indonesia. Padahal jaraknya hanya 30 menit penerbangan dari Jakarta, bukan 6 jam seperti ke Jayapura.

2) Selama 28 hari sejak kunjungan Menteri Airlangga ke Lampung (13 Agustus - 10 September), capaian vaksinasi di Lampung hanya bertambah sebanyak 6,5% dengan rincian dosis 1 sebanyak 4,81% dan dosis 2 sebanyak 1,69%. Jauh tertinggal dari rata-rata nasional yang bertambah sebanyak 15,62% (dosis 1 sebanyak 8,98% dan dosis 2 sebanyak 6,64%) di kurun waktu yang sama.

3) Alasan kekurangan supply vaksin menjadi tidak relevan karena ternyata stok vaksin di Lampung masih berlimpah, tercatat masih ada 281.958 dosis yang belum digunakan. Dengan rata-rata vaksinasi harian di minggu lalu hanya sebanyak 16.147 dosis, maka stok yang tersisa di Lampung baru akan habis 17 hari lagi.

4) Pesawaran, Lampung Tengah, Way Kanan, Tanggamus, Mesuji, Pesisir Barat dan Tulang Bawang Barat adalah tujuh kabupaten yang rata-rata harian vaksinasinya di minggu lalu paling rendah di Lampung.

5) Rendahnya rata-rata vaksinasi harian minggu lalu di tujuh kabupaten itu menyebabkan terjadi penumpukan stok dosis vaksin. Pesawaran menjadi yang terburuk, dengan rata-rata hanya 281 dosis sehari maka stok vaksin baru akan habis setelah 44 hari. Posisi terburuk kedua Lampung Tengah dengan rata-rata hanya 808 dosis perhari maka stok vaksin baru bisa dihabiskan 26 hari lagi.

6) Rata-rata harian vaksinasi minggu lalu di Lampung Selatan, Lampung Barat, Metro, Bandar Lampung dan Lampung Utara menjadi yang paling tinggi di antara 15 kabupaten/kota di Lampung. Tetapi jika dibandingkan dengan rata-rata harian di provinsi lainnya, tetap masih tertinggal. 

Memperhatikan data-data itu, daripada membuang energi dengan marah-marah sembarangan, lebih baik Gubernur Arinal mencurahkan perhatiannya untuk meningkatkan capaian vaksinasi. Jangan takut menegur para Bupati dan Walikota yang rata-rata harian vaksinasinya masih terlalu rendah. 

Satu dua hari ke depan setelah seratus hari menjadi juru kunci vaksinasi secara nasional, mestinya tidak ada lagi alasan untuk tidak mengganti Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan orang lain yang lebih kompeten. Apalagi jika bicara Rasio Testing dan Tracing yang selama 18 bulan berjalan ini juga tidak pernah mampu memenuhi target minimal yang ditetapkan Inmendagri dan Kemenkes RI.

Kecuali Gubernur Arinalnya sendiri memang sudah merasa sangat nyaman dan tidak merasa malu sedikitpun melihat angka-angka itu. 

Wallahualam bishowab.

Penulis adalah Ketua Ormas MKGR Provinsi Lampung