Tinggalkan Kesan Cafe, Mahasiswi Surabaya Suguhkan Konsep Ngopi Senyaman di Rumah

Beberapa  pengunjung IntiKopi / RMOLJatim
Beberapa pengunjung IntiKopi / RMOLJatim

Pandemi yang belum berakhir, tak menyurutkan tekat kakak-beradik yang baru saja lulus kuliah, untuk membuka usaha kedai kopi sejak Februari 2021 lalu.


Berkat keberaniannya sebagai bisnis pemula, omset sehari yang mereka dapatkan berkisar antara empat hingga lima juta rupiah. 

"Kalau laba kotor, sehari bisa sekitar tujuh juta rupiah. Kedai kopi kita targetnya memang untuk semua kalangan," kata Iin Ladjoni, selaku pengelolah IntiKopi, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin, (13/9)

Ya, IntiKopi yang dikelolah bersama adiknya, Titi Ladjoni di Jalan Cipunegara no 51, Surabaya, memang menawarkan konsep yang berbeda. Kendatipun berbentuk cafe, namun suasananya justru meninggalkan kesan cafe. Konsep rumah keluarga lebih ditonjolkan. 

Sebelum masuk, bekas bangunan tua itu dirombak seperti rumah biasa. Bahkan, beberapa tembok sengaja dibiarkan ketika ada catnya yang mengelupas. Sementara pada setiap ruangan dalamnya selalu nampak berbeda. Ada konsep seperti ruang tamu, ruang dapur, bahkan ada yang di model seperti teras tempat bermain anak. 

"Intinya bagaimana pengunjung bisa senyaman di rumah. Jadi, orang kalau ke sini, mereka merasa di rumah sendiri, tidak merasa sedang di cafe. Bisa tidur selonjor seenaknya tanpa dilihat pengunjung lain. Makanya motto kita adalah 'Senyaman di Rumah'," kata Iin.

Diakuinya, lanjut Iin, berkat konsep seperti di rumah, pelanggan yang datang justru bukan dari kalangan teman sendiri. Ada yang biasa sekedar nongkrong, bahkan kadang ada yang memakainya untuk meeting. 

"Biasanya kalau cafe itu kan pengunjungnya selalu teman sendiri. Bangganya kita, 80 persen justru pengunjungnya adalah orang orang luar yang nggak kita kenal," ujar Iin. 

Selain ruangan berkonsep keluarga, ternyata juga menawarkan menu makanan dan minuman berbeda dari cafe lain. Resepnya ia buat sendiri. Semisal untuk membuat resep minuman kopi, butuh dua Minggu untuk meracik dan mencobanya. 

"Kopi kita ada rasa kayu manisnya. Kita membuatnya nggak asal bikin. Saya punya riwayat sakit lambung, sempat kambuh waktu nyoba kopinya. Akhirnya ada beberapa takaran yang saya kurangi hingga lambung saya nggak kambuh lagi. Jadi, sekarang meski pengunjung punya sakit lambung, tetap aman meski meminumnya," timpal Titi Ladjoni yang masih berstatus sebagai mahasiswi ini. 

Begitu pula dengan makanan ringan, makanan berat serta minuman yang lain. Semuanya dibuat dengan resep sendiri. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu hingga 60 ribu rupiah. 

Konsep rumah keluarga memang diakui minat pengunjung di IntiKopi. 

"Memang kayak di rumah sendiri. Temboknya yang nggak di cat. Kemudian antara ruangan yang satu dengan yang lain, selalu terpisah dengan tembok dan pintu. Jadi semacam lebih privasi," ujar Rahardi, salah satu pengunjung.