Alumni Poliwangi Prihatin atas Proses Pemilihan Direktur, Dibawa ke Hearing?

Kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi)/RMOLJatim
Kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi)/RMOLJatim

Alumni Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) mengaku prihatin atas proses pemilihan direktur di kampus pelat merah itu. Pasalnya, dalam penentuan bakal calon direktur diduga transaksional.


Untuk menguak dugaan tersebut, alumni Poliwangi tengah menggagas upaya pengajuan rapat dengar pendapat atau hearing di DPRD Banyuwangi. Mulai anggota senat, panitia Pildir Poliwangi, kandidat calon, dan beberapa pihak terkait diminta untuk diundang-hadirkan.

Ketua Ikatan Alumni Poliwangi, Abu Bakar mengungkapkan, Pildir direktur politeknik negeri itu mengacu Permenristekdikti nomor 19 tahun 2017 tentang pengangkatan dan pemberhentian pimpinan perguruan tinggi negeri yang diubah ke Permenristekdikti Nomor 21 tahun 2018 tentang perubahan Permenristekdikti nomor 19 tahun 2017, dan Peraturan Senat Politeknik Negeri Banyuwangi nomor 01 tahun 2021 tentang tata cara pemilihan Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi periode 2021-2025.

Berdasarkan peraturan tersebut, bukankah pemilihan direktur bersifat terbuka dan diumumkan melalui akun dan laman resmi Poliwangi.

Pada proses pemilihan direktur Poliwangi periode ini muncul keputusan senat yang menetapkan tiga kandidat yang berdasar hasil polling mendapat hasil rendah. Sehingga, patut diduga terdapat unsur telah mencederai proses tahapan pemilihan.

Oleh karenanya, Alumni Poliwangi meminta kepada senat ataupun panitia Pildir Poliwangi 2021-2025 untuk melakukan peninjauan ulang proses dan mekanisme pemilihan.

"Kita akan meminta DPRD Banyuwangi untuk memanggil senat dan panitia Pildir untuk menjelaskan kenapa mekanisme terkesan ada 'main', tidak transparan. Mungkin dalam forum hearing," ungkap Abu, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (16/9).

Selain itu, untuk menjaga nama baik almamater kampus, Ikatan Alumni Poliwangi akan meminta kepada Kemendikbud-Ristek melakukan peninjauan secara langsung atas tahapan-tahapan dalam pelaksanaan Pildir.

"Perbincangan di WhatsApp grup alumni pun ramai, banyak kalangan yang menyayangkan proses itu. Karena ada kesan poliwangi memanggil, poliwangi juga menyingkirkan," kata alumni angkatan pertama itu.

Sementara itu, kandidat calon direktur Poliwangi, Dr Zaenal Arif yang meraih hasil polling tertinggi mengaku pasrah atas keputusan senat.

Sebab, semua proses mulai dari pendaftaran hingga penyampaian visi-misi dan program kerja telah dilalui.

"Saya sudah mengikuti semua prosesnya dan menyerahkan sepenuhnya kepada senat. Terkait kriteria bakal calon direktur, senat tentu yang lebih tahu bagaimana kriteria penetapan," sebut Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri se Indonesia.

Senada dengan Dr Zaenal, Plt Direktur Poliwangi M Fuad Al Haris yang juga turut dalam kontestasi dalam Pildir itu mengaku pasrah atas keputusan senat. 

Sebagai informasi, Fuad Al Haris masuk dalam 3 besar hasil popular polling yang diselenggarakan Panitia Pildir Poliwangi. Dengan jumlah voters 175. Seluruhnya berasal dari sivitas akademika.

"Selaku calon, saya sudah mengikuti semua tahapan-tahapan. Saya sangat menghargai keputusan senat terkait hasil penyaringan bakal calon direktur yang akan diajukan ke kementerian. Namun, sebenarnya saya juga bertanya-tanya, kok bisa proses seperti itu terjadi," beber Fuad.

Diketahui pada 5 Juli 2021, Ketua Panitia Pildir Direktur Poliwangi mengeluarkan sosialisasi di laman resmi. Menyampaikan surat penjaringan bakal calon dari internal dan eksternal Poliwangi.

Pada 8 september 2021 dilakukan penyaringan serta penetapan melalui rapat senat. Hasilnya M Shofiul Amin, Hadi Supriyanto dan Alfin Hidayat. Keputusan itu tertuang dalam berita acara rapat tertutup senat penyaringan calon Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi periode 2021-2025 dengan Nomor 5699/PL36/TP.01.03/2021.