Pimred dan Dua Redaktur Tempo Bersaksi di Kasus Penganiayaan Jurnalis Nurhadi, Begini Keterangannya.

Suasana persidangan penganiayaan Jurnalis Tempo di Pengadilan Negeri Surabaya/RMOLJatim
Suasana persidangan penganiayaan Jurnalis Tempo di Pengadilan Negeri Surabaya/RMOLJatim

Pemimpin redaksi Tempo, Sentri Yasa dan dua redakturnya, Mustafa Silalahi dan Linda Trianita memberikan kesaksian di sidang kasus penganiyaan jurnalis Nurhadi di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Rabu (6/10).


Ketiganya memberikan keterangan dalam sidang secara virtual dari Tempo news room, Jakarta. 

Dalam kesaksiannya, Linda membenarkan bahwa dirinya pada Sabtu 27 Meret 2017 yang memberikan pungasan terhadap Nurhadi untuk mengejar konfirmasi kasus korupsi Direktur Pemeriksaan Ditjen Pajak Kemenkeu, Angin Prayitno Aji yang menggelar pesta pernikahan anaknya di Graha Samudra Bumimoro. Menurut Linda, konfirmasi terhadap Angin tersebut sangatlah penting untuk azas keberimbangan pemberitaan. 

"Bahan awal yang kami dapat menyebutkan bahwa keterlibatan Angin Prayitno pada korupsi pajak yang diselidik KPK sangat telak, sehingga harus ada konfirmasi dari yang bersangkutan," katanya dikutip Kantor Berita RMOLJatim saat memberikan keterangan.

Mendapat penugasan tersebut, sambung Linda, Nurhadi menerimanya. Redaksi kemudian mengirimkan kisi-kisi pertanyaan kepada Nurhadi untuk ditanyakan pada Angin Prayitno Aji.

"Saya yang menyiapkan daftar pertanyaan untuk Nurhadi melalui sambungan WhatsApp" sambung Linda.

Lanjut Linda, pada Sabtu malam dia menerima pesan dari Nurhadi yang mengabarkan bahwa dirinya sudah berada di Graha Samudra. Namun Nurhadi mengatakan tidak bisa masuk ke gedung resepsi pernikahan. 

Tak terlalu lama kemudian Nurhadi memberitahunan bahwa dirinya sudah masuk di dalam gedung dan mengirimkan foto pelaminan dan bertanya yang mana Angin Prayitno, 

"Karena Nurhadi belum tahu Angin itu yang mana. Lalu saya kirimkan capture wajah Angin dan saya jawab, yang berdiri di sisi kanan," lanjut Linda.

Tidak lama setelah itu tandas Linda, Nurhadi kembali mengirim pesan pada dirinya bahwa ada sejumlah orang yang diduga panitia acara sedang mengawasi gerak-geriknya. Linda pun meminta Nurhadi segera mencari lokasi yang aman. 

“Setelah itu saya kehilangan Nurhadi lebih tiga jam. Saya kirimi pesan dibaca, tapi tak direspon. Saya telepon tak diangkat. Belakangan saya tahu telepon genggamnya sudah dikuasai orang lain,” tandasnya.

Sementara saksi Mustafa Silalahi alias Moses menerangka kalau pada Sabtu malam 27 Maret sekitar jam 23.30 WIB, dirinya mendapat telepon dari HP Nurhadi dari seseorang yang bernama Purwanto.

"Purwanto mengatakan bahwa Nurhadi sudah mengambil foto-foto pelaminan anak Angin Prayitno. Dari situ saya tersadar bahwa Nurhadi sedang dalam bahaya. Saya pada si penelepon meminta agar Nurhadi segera dipulangkan,” terang Moses.

Sedangkan saksi Setri Yasra mengatakan mengetahui kalau Nurhadi telah mengalami tindak kekerasan fisik dari grup WhatsApp wartawan Tempo Jakarta sehari setelah kejadian berlangsung,

"Lalu kami meminta di grup itu ada yang memastikan bahwa Nurhadi dalam kondisi baik-baik saja. Jadi saya minta Moses dan Linda mengecek wartwan Nurhadi dalam kondisi baik-baik saja," katanya. 

Ditanya tim penasehat hukum terdakwa, apakah Nurhadi sebagai salah satu wartawan Tempo, Setri membenarkan,

"Di Tempo itu ada dua jenis karyawan, pegawai tetap dan koresponden, kontributor masuk kategori pegawai perjanjian paruh waktu dan Nurhadi masuk kelompok itu," jawab Setri Yasra.

Sebelumnya, jurnalis Tempo Nurhadi mengaku mendapat tindak kekerasan dari oknum aparat saat dirinya hendak melakukan kegiatan jurnalisme. Dia diduga dianiaya oleh oknum Polri dan TNI usai dituduh masuk tanpa izin ke acara resepsi pernikahan anak Angin Prayitno Aji di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 27 Maret 2021 malam.