Menyusuri 161 Situs Peninggalan Abad 10 di Lereng Penanggungan, Salah Satunya Bisa Menampakan Wujud 

Salah satu situs yang belum diketahui asal usulnya/ RMOLJatim
Salah satu situs yang belum diketahui asal usulnya/ RMOLJatim

Sedikitnya ada 161 situs yang ditemukan  di sekitaran lereng Gunung Penanggungan, yang berlokasi di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.


Dari jumlah itu, diperkirakan masih banyak lagi situs yang belum ditemukan. Belum diketahui pada eranya siapa situs itu dbangun. 

Jika menyusuri dari desa Kedung Udi, Kecamatan Trawas, Mojokerto, perjalanan setapak bisa ditempuh sekitar 4 jam. Jalan yang dilalui memang berbeda dengan dengan jalan setapak yang biasa dilalui oleh para pendaki.

Sebab, jalan tempat keberadaan situs-situs itu memang dilarang untuk umum. Warga menyebutnya jalan arco (arca).

Hutannya begitu lembab, dan bertebing. Sisa gerimis semalam, bahkan masih tercium bauh tanahnya. Jika siang hari, masih terasa sejuk. Berbeda dengan jalur pendakian yang begitu panas dan gersang. 

Sementara ketika memasuki malam, mulai terasa sunyi. Bahkan suasana misteri begitu terasa. Maklum, lereng Gunung Penanggungan selain terkenal mistis, juga banyak dikunjungi para pertapa. 

Salah satu juru pelihara di jalur arca yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa situs-situs yang ditemukan dalam 9 tahun terakhir, sudah ada 161 situs.

"Situs ya, bukan candi. Kalau candi sudah diketahui asal usulnya dan ada namanya. Kalau situs belum diketahui. Tetapi, dari ahli sejarahwan dan arkeologi yang datang ke sini, situs ini diperkirakan peninggalan pada abad 10," ujarnya kepada Kantor Berita RMOLJatim,  (13/10).

Namun, masih menurutnya, situs itu hilang bersamaan dengan  musnahnya kerajaan  Majapahit. Dan pada akhirnya, situs itu  ditemukan pada zaman Belanda.

"Nah, sembilan tahun terkahir dilakukan pencarian terus. Ini ditemukan, sebagian akibat kebakaran gunung. Masyarakat umum tidak boleh melintas di sini. Makanya, setelah situs-situs ini yang sudah ditemukan, selalu ditutup dedaunan agar tidak dicuri orang," sambungnya. 

Sementara, Dorna, salah satu anggota tim Expedisi Sisir Candi, menceritakan, bahwa sisir situs ini dilakukan setiap tahun. Rata-rata, situs tersebut ditemukan pada ketinggian 1000 hingga 1200 MDPL. Sebagin besar tertutup tanah, hanya kelihatan pinggir-pinggirnya. 

"Ada yang menarik, jadi ada situs berbentuk batu yang bertuliskan aksara Jawa. Tingginya serumah. Nah, kadang muncul terlihat. Tapi pas kita datangi lagi, kadang hilang tidak terlihat. Tapi, suatu saat muncul lagi di tempat yang sama. Entah faktor mistis atau tidak, saya tidak tahu," ujarnya.