Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berupaya untuk memberikan akses yang adil ke vaksin, tes, dan perawatan Covid-19 bagi negara-negara miskin.
- Arab Bolehkan Jamaah Haji dan Umrah Masuk Masjidil Haram Asal Sudah Divaksin
- Kasus Positif Covid-19 Bertambah 13.802. Kasus Aktif Naik Menjadi 170.017 Orang
- Cegah Stunting, Dinkes Ngawi Bakal Luncurkan Aplikasi
Sebuah draf dokumen dari program Access to Covid-19 Tools Accelerator (ACT-A) yang dilihat Reuters pada Selasa (19/10) menguraikan rencana hingga September tahun depan.
Disebutkan, ACT-A akan mengirim sekitar 1 miliar tes Covid-19 ke negara-negara miskin dan pengadaan obat-obatan untuk 120 juta pasien secara global.
Salah satu perawatan yang kemungkinan termasuk dalam program ini adalah antivirus molnupiravir buatan Merck & Co untuk mengobati pasien ringan hingga sedang.
Harga antivirus itu hanya boleh dibanderol harga 10 dolar AS per kursus.
Rencana tersebut menyoroti bagaimana WHO ingin menopang pasokan obat-obatan dan tes dengan harga yang relatif rendah setelah kalah dalam perlombaan vaksin ke negara-negara kaya yang meraup sebagian besar pasokan dunia, meninggalkan negara-negara termiskin di dunia dengan sedikit suntikan.
Seorang juru bicara ACT-A mengatakan dokumen tertanggal 13 Oktober itu masih dalam tahap konsultasi dan menolak mengomentari isinya sebelum difinalisasi.
Dokumen tersebut juga akan dikirimkan kepada para pemimpin global menjelang KTT G20 di Roma pada akhir bulan ini.
ACT-A meminta G20 dan donor lain untuk pendanaan tambahan sebesar 22,8 miliar dolar AS hingga September 2022. Para donor sejauh ini telah menjanjikan 18,5 miliar dolar AS untuk program tersebut.
- Kontrak Kinerja Dinkes dan RSUD Surabaya, Percepat Waktu Layanan Kesehatan
- Kasus Aktif Covid-19 Hari Ini Ada 6.427, Jawa Tengah Jadi Provinsi Terbanyak Kasus Meninggal
- Diduga Terpapar Hepatitis Akut, Lima Warga Jakarta Meninggal Dunia