Bermodal Swadaya, Relawan Griya Lansia Terus Berupaya Rawat Para Manula yang 'Terbuang'

Relawan Griya Lansia Husnul khatimah
Relawan Griya Lansia Husnul khatimah

Banyaknya lansia menjalani hari tuanya dengan rasa yang pedih, membuat Arief Rakhman Haki tergerak membantu mereka yang tak lagi diinginkan anak dan keluarganya.


Rakhman Haki pun membuka Griya Lansia Husnul Khatimah di Desa Wajak Kecamatan Wajak Kabupaten Malang Jawa Timur.

Arief yang mantan wartawan ini mengisahkan mengapa dirinya membuka Griya Lansia di Malang, karena dirinya dan relawan Sahabat Yatim Dhuafa (SYD) sering menemukan lansia yang terlantar dengan beragam kondisi.

Sehingga, pria asal Sidoarjo tersebut berinisiatif membuka panti jompo bagi orang lanjut usia dengan layanan gratis.

"Kita kan basicnya itu relawan, sering menemukan lansia terlantar itu dengan berbagai keadaan, ada yang di tempat sampah, ada yang di kolong jembatan dan lain-lain. Pada intinya terlantar, bahkan kita sempat menemukan ada yang membusuk di rumah kososng," kata Arief saat ditemui di Griya Lansia. Minggu (24/10).

Dibantu bidan dan beberapa relawan sebagai pengurus panti jompo di kawasan lereng pegunungan, Griya Lansia yang dibuka sejak Januari 2021 dan mempunyai sekitar 3 bangsal dan 22 kamar itu, kini telah menampung dan merawat 60 orang lanjut usia dari berbagai wilayah di Jatim.

Bahkan relawan SYD hingga sekarang terus mencari lansia terlantar dan tak diinginkan keluarganya untuk dirawat secara gratis di tempat ini.

"Kami punya relawan di berbagai kota di seluruh Jawa Timur, bahkan sekarang ada di lintas Provinsi itu kan saling laporan jadi sharing di grup, di sini ditemukan lansia terlantar, di sana ditemukan lansia terlantar sehingga komulatif banyak sekali, dan itu yang menjadi ide bersama dan dieksekusi bersama-sama," ujar pria yang akrab disapa Arief Camra.

Arief mengatakan, biaya untuk merawat 60 lansia di tempatnya membutuhkan dana sekitar Rp.60 juta tiap bulannya. Karena Griya Lansia ini dioperasikan secara swadaya, maka pihaknya mendapatkan bantuan donasi dari beberapa pihak termasuk komponen masyarakat agar panti jompo ini terus beroperasi.

"Kurang lebih biaya operasional satu lansia itu dalam satu bulan sekitar 1 juta, itu mulai makannya, pampersnya sabun mandi dan lain-lain," terangnya.

Arief sebagai ketua Griya Lansia Husnul Khatimah mengakui tak mendapat gaji dari mengurus panti jompo ini, namun petugas seperti perawat yang bertugas memeriksa kesehatan lansia serta pembina dan pengawas memperoleh honor tiap bulannya.

"Seluruh pengurus itu tidak mendapatkan honor, yang mendapatkan honor itu yang bekerja. Jadi untuk pembina, pengawas termasuk ketua yayasan itu In Sha Allah kita tidak gajian," tegas Arief yang mempunyai usaha percetakan ini.

Meski mendapatkan donasi dari pihak yang prihatin dengan nasib lansia terlantar, Arief mengatakan Griya Lansia yang dikelolanya masih mempunyai masalah terutama biaya operasional.

"Jadi istilahnya kita tidak punya donatur tetap yang murni itu tidak ada, tapi In Sha Allah kita masih cukup untuk melakukan operasional harian," kata pria alumnus Stikosa AWS tersebut.

Arief dikenal juga mempunyai panti Yatim Piatu, namun dirinya menceritakan bahwa merawat anak yang kehilangan orang tua sangat berbeda dengan manusia lanjut usia. Sebab lansia semakin hari mirip anak kecil.

"Biasanya itu mendisiplinkan para lansia, karena biasa hidup di jalanan kemudian dibawa ke komplek yang harus tertib itu yang luar biasa kita kerja keras. Kalau anak yati yang usia produktif itu semakin hari semakin dewasa, kalau merawat usia non produktif seperti lansia semakin hari semakin jadi kayak anak kecil," jelasnya.

Walau Griya Lansia Husnul Khatimah hingga kini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah setempat, Arief optimis bahwa apa yang dilakukannya bersama para relawan bisa menjadi solusi bagi problem masyarakat salah satunya lansia terlantar.

"Kami kebetulan belum mendapatkan bantuan, tapi memang kami istilahnya sudah kami niatkan kita swadaya, tapi adapun misalnya mendapat bantuan ya Alhamdullilah," pungkasnya.