Aksi Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharani yang memaksa seorang tunarungu untuk berbicara di depan umum, mendapat kecaman dari berbagai pihak.
- Temui Relawan di Lamongan, Risma Bahas Solusi Agar Jawa Timur Lebih Baik
- Risma Daftar Pilkada 2024: Kami Siap Jalankan Amanah Dengan Penuh Tanggung Jawab
- Risma Nyekar Ke Makam Mbah Bungkul Sebelum Daftar Ke KPU Jatim
Kecaman terhadap Risma dinilai wajar, sebab mantan Walikota Surabaya itu terlihat sama sekali tidak mempunyai empati dan tidak memahami keterbatasan seorang tunarungu.
"Tanpa empati, Risma cenderung memaksakan kehendaknya. Celakanya, hal yang dipaksakannya itu dianggapnya sesuatu yang benar. Ia cenderung mengabaikan kebenaran di pihak lain," kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (4/12).
"Di sinilah terlihat egoisnya seorang Risma," imbuhnya menyesalkan.
Menurut Dosen Universitas Esa Unggul ini, Risma seharusnya paham, tunarungu merasa lebih nyaman menyampaikan sesuatu dengan isyarat (lambang non verbal), bukan dengan cara bicara.
Namun yang terjadi sebaliknya. Risma menunjukkan sikap tidak menerima meski sudah diingatkan.
"Di sini terlihat Risma memang sosok yang sulit menerima masukan dari orang lain. Risma terkesan sudah terbiasa one man show, sehingga mengabaikan masukan dari pihak lain," demikian Jamiluddin.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Temui Relawan di Lamongan, Risma Bahas Solusi Agar Jawa Timur Lebih Baik
- Risma Daftar Pilkada 2024: Kami Siap Jalankan Amanah Dengan Penuh Tanggung Jawab
- Risma Nyekar Ke Makam Mbah Bungkul Sebelum Daftar Ke KPU Jatim