Strategi Dosen UNESA Bantu Guru Atasi Stres

Pelatihan daring/Ist
Pelatihan daring/Ist

Stres bisa datang kapan saja dan menyasar siapa saja, tidak terkecuali guru. Hasil identifikasi tim dosen UNESA di Probolinggo, para guru sekolah inklusif di sana rentan mengalami stres yang disebabkan banyak hal.


Mengatasi hal itu, tim dosen UNESA yang terdiri dari Wulan Patria Saroinsong, Ph.D dari prodi PAUD, Neni Mariana Ph.D dari prodi PGSD, Irena Mauren, Ph.D dari prodi KTP dan Muhammad Nurul Ashar, M.Ed prodi PLB membantu para guru atasi stres lewat pelatihan manajemen stres beberapa waktu lalu.

Wulan Patria Saroinsong selaku ketua pelaksana pada 9 Desember 2021 menjelaskan, pelatihan itu meliputi sesi pembimbingan daring mengenai kondisi stres dan pemicu stress, kemudian dilanjutkan dengan sesi pelatihan luring mengenai manajemen stres dan manajemen perilaku peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).

Pelatihan daring bertahap dihelat mulai awal November 2021 yang diikuti sebanyak 25 guru dari berbagai sekolah inklusif di Kabupaten Probolinggo. Dalam pelatihan daring tersebut, peserta memperoleh pemahaman mengenai kondisi dan pemicu terjadinya stres dari Neni Mariana, Ph.D dan Irena Mauren Ph.D.

Pelatihan kemudian dilanjutkan secara luring di SDN Kalisalam I Dringu, Kabupaten Probolinggo pada 9-10 November 2021. Peserta yang sama memperoleh pemahaman mendalam dan keterampilan baru serta strategi bagaimana melakukan manajemen stress dari Wulan Patria Saroinsong, Ph.D. Kemudian juga ada sesi penyampaian materi strategi manajemen perilaku PDBK oleh Muhammad Nurul Ashar, M.Ed.

Sri Hayati, salah satu peserta dari SDN Kebonagung I menuturkan bahwa pelatihan tersebut membantu mereka untuk mengatasi kecemasan selama mengajar daring. Ia mengakui, pembelajaran daring di masa pandemi cukup menantang, karena itu rentan stres, apalagi ditambah dengan faktor kondisi lain.

“Selama ini kita stres ya tambah stres karena gak paham mau ngapain untuk atasinya. Sekarang kan jadi ada solusi dari hasil pelatihan,” ujarnya.

Sementara itu, Siti Husnul Chotimah selaku koordinator kelompok kerja guru sekolah inklusif berharap pelatihan manajemen stres ini dapat berlanjut karena sangat bermanfaat untuk guru-guru.

Menurutnya, beban guru cukup besar. Guru merupakan perpanjangan tangan orang tua yang menginginkan anak didik tumbuh-berkembang dengan baik dan maksimal. 

“Kadang di lapangan ada saja hal-hal yang membuat guru stres dan itu akan terus terjadi, karena itu pelatihan ini perlu dilakukan secara berkala,” ungkapnya.