Perluas Pasar, Petani dan UMKM Kopi Banyuwangi Bertemu Ratusan Buyer dari Tiga Negara  

Petani dan pelaku UMKM kopi di Banyuwangi disaat bertemu dengan ratusan buyer dari 3 negara secara virtual/ist
Petani dan pelaku UMKM kopi di Banyuwangi disaat bertemu dengan ratusan buyer dari 3 negara secara virtual/ist

Petani dan pelaku UMKM kopi di Banyuwangi bertemu dengan ratusan buyer untuk memperluas pasarnya hingga mancanegara.


Lewat forum bisnis “International Bussiness Matching Ijen Coffee”, petani kopi dipertemukan dengan 150 buyer dari Kanada, Jerman, dan Filipina. 

Para buyer tersebut mengikuti virtual business matching yang diikuti langsung petani kopi di Banyuwangi, Senin (7/3). Kegiatan ini diprakarsai oleh National Support for Local Investment Climate /National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED), Global Affairs Canada, Kemenko Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian BPN/Bapennas, dan Kementerian PDTT, serta sejumlah stakeholder lainnya.

“Ini dukungan untuk pengembangan UMKM kopi di Indonesia, termasuk Banyuwangi. Kami ingin mempertemukan petani kopi dengan buyer secara langsung,” kata Peter F Walton, Direktur Proyek NSLIC/NSELRED, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (8/3).

Kegiatan ini melibatkan 100 lebih pelaku UMKM subsektor kopi, serta eksportir dan stakeholder lainnya yang resmi ditunjuk pemerintah untuk memfasilitasi kegiatan ekspor kopi petani Banyuwangi dan sekitarnya yang berada di kawasan Gunung Ijen.

“Kopi Banyuwangi dikenal berkualitas, baik jenis robusta maupun arabicanya,” ujar Nurdin, Coordinator Responsive Innovation Fund NSLIC.

Dia menjelaskan, rangkaian International Business Matching Ijen Coffee dimulai dengan proses kurasi untuk memastikan produk kopi UMKM siap diekspor. 

“Selain produknya memenuhi standard ekapor, petani wajib memiliki lahan sedikitnya 2 hektar dengan produksi minimal 1 ton per tahun untuk kepastian produksinya,” jelas Nurdin.

Banyuwangi dipilih karena salah satu produksi kopi terbesar di Jawa Timur. 

Dalam kegiatan tersebut, buyer asing diberikan waktu untuk memahami detail produk kopi UMKM. Sebelumnya, mereka telah dipasok informasi terkait produk kopi yang ditawarkan. Seperti jenis kopi, waktu produksi, teknik pemrosesan, hingga masa kadaluwarsa. 

"Akhir Maret ini mereka juga akan kami jembatani untuk bertemu buyer domestik. Jadi pasar ekspor dan domestik juga kami fasilitasi," kata Nurdin. 

Kegiatan ini disambut positif oleh para petani, di antaranya M. Yusuf dari Kelompok Tani Java Ijen Madusari dari Desa Tamansari, Kecamatan Licin. 

“Kami dapat banyak informasi tentang bisnis kopi dan pemasarannya. Kami manfaatkan ini untuk bertanya banyak hal. Ini membuka peluang pasar kami ke negara lain,” kata dia.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, virtual bisnis menjadi peluang bagi petani Banyuwangi untuk membuka pasarnya. 

"Terima kasih kepada banyak pemerintah pusat dan pihak lainnya yang terus mendukung Banyuwangi. Fasilitasi semacam ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi petani kopi, khususnya di situasi pandemi semacam ini untuk menumbuhkan harapan dan peluang bagi mereka," kata Ipuk. 

Ipuk juga menyebut bahwa kopi Banyuwangi telah diminati pasar Eropa. "Kopi dari Perkebunan Malangsari, Kalibaru, telah rutin dipesan Swiss dan Italia," pungkasnya.