Festival Kitab Kuning Banyuwangi Tarik Perhatian Pencinta Turots Pesantren sampai Peneliti Manuskrip Kuno

Bupati Ipuk bersama para tokoh dalam Festifal Kitab Kuning yang menampilkan karya-karya ulama di Banyuwangi/dok. Humas Pemkab Bwi
Bupati Ipuk bersama para tokoh dalam Festifal Kitab Kuning yang menampilkan karya-karya ulama di Banyuwangi/dok. Humas Pemkab Bwi

Festival Kitab Kuning yang digelar Pemkab Banyuwangi selama tiga hari ini mendapat perhatian dari masyarakat luas. Di antaranya adalah para pecinta turots atau karya-karya tulis ulama-ulama pesantren dan sejumlah peneliti manuskrip kuno.


Salah satu penggiat turots tersebut adalah Utsman Hasan. Ketua Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan ini, menyempatkan diri untuk menghadiri acara yang dikemas dalam bentuk pameran tersebut.

Ia tergerak hadir setelah mendapat informasi melalui media sosial tentang keberadaan naskah yang berkaitan dengan tokoh yang karya-karyanya sedang digeluti, Syaikhona Kholil Bangkalan.

 "Saya tertarik dengan kabar ada satu naskah Alfiyah koleksi kiai di Banyuwangi yang pernah menjadi murid Syaikhona Kholil. Naskah ini sangat penting bagi kami. Karena ini bisa menjadi pembanding dari naskah lainnya yang kami temukan. Kebetulan, kami sedang menyunting teks Alfiyah yang pernah diajarkan oleh Syaikhona Kholil," terangnya di lokasi pameran, dikutip Kantor Berita RMOLJatim Jumat (11/03).

 Syaikhona Kholil sendiri merupakan ulama terkemuka di akhir abad 19 dan awal abad 20. Dimana santri-santrinya banyak mewarnai perjalanan sejarah Republik Indonesia. Seperti pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari, pahlawan nasional KH Abdul Wahab Chasbullah dan sejumlah kiai yang kemudian menjadi pendiri pesantren-pesantren besar di Nusantara.

 "Di Banyuwangi sendiri, juga banyak santri-santri Syaikhona Kholil yang kemudian mendirikan pesantren. Dari sini, kami yakin, di Banyuwangi ada banyak jejak-jejak Syaikhona Kholil yang bisa ditelusuri. Alhamdulillah, pada hari ini, keyakinan itu terbukti," terang salah satu dzuriyah Syaikhona Kholil tersebut.

 Kegiatan Festival Kitab Kuning yang juga memamerkan sejumlah manuskrip kuno pesantren di Banyuwangi itu, juga mengundang apresiasi dari sejumlah peneliti.

Salah satunya datang dari Profesor Oman Fathurrahman. Guru besar filologi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyambut baik langkah pemerintah daerah yang memberikan perhatian dalam bidang yang tak umum peminatnya tersebut.

 "Saya kira Festival Kitab Kuning ini sangat positif. Menampilkan karya-karya ulama Banyuwangi di masa lalu, dan yang menarik, juga dikaji. Ngaji," ungkapnya dalam testimoni virtual yang disampaikan dalam diskusi rangkaian Festival Kitab Kuning tersebut.

 Memang, dalam Festival Kitab Kuning tersebut, tidak hanya dihelat pameran. Namun, juga dilaksanakan sejumlah diskusi dan ngaji kitab karya para kiai-kiai Banyuwangi di masa lalu tersebut.

"Langkah pemerintah daerah sudah tepat untuk merawat memori kolektif masyarakat di daerahnya," jelasnya.

 Hal tersebut sesuai dengan apa yang menjadi harapan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka rangkaian Festival Kitab Kuning tersebut. Menurutnya, kegiatan ini, sebagai upaya untuk memperkenalkan kembali kekayaan intelektual kalangan pesantren di Banyuwangi kepada khalayak luas.

 "Dengan festival ini, kita ingin mengenalkan kepada masyarakat luas tentang salah satu potensi Banyuwangi. Yakni, kekayaan intelektual yang tumbuh subur di kalangan pesantren Banyuwangi," ungkapnya.

Lebih jauh, Ipuk juga berharap, kegiatan ini mampu memberikan inspirasi bagi kalangan santri hari ini, untuk meneladani dan meneruskan gerakan literasi berbasis pesantren tersebut. "Semoga nanti lahir penulis-penulis kitab kuning lainnya yang berasal dari para santri-santri di Banyuwangi," imbuhnya.

 Festival Kitab Kuning ini sendiri diisi dengan sejumlah kegiatan. Selain pameran khazanah kitab kuning dan manuskrip kuno pesantren di Banyuwangi, juga diisi dengan peluncuran kompilasi kitab karya-karya ulama Banyuwangi. Selain itu, juga diisi dengan rangkaian diskusi yang membahas kitab-kitab tersebut selama pelaksanaannya.

 Para pengunjung dapat hadir sedari pukul 09.00 sampai 21.00 WIB untuk menyaksikan pamerannya. Sedangkan diskusinya digelar pada pukul 14.00 WIB dan 19.00 WIB.

Di antaranya adalah pengajian Nadzam Aqidah karya KH Abdullah Faqih, Manaqib Datuk Abdurrahim karya KH Ali Manshur, karya-karya KH Dimyati Syafi'i, Tafsir Suratil Fatihah karya KH Suhaimi Rafiudin dan pembahasan tentang buku katalog naskah kuno Banyuwangi.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news