Asosiasi Toko Kelontong se Surabaya Raya Keluhkan Larangan Beli Pertalite Pakai Jeriken 

Botol kosong milih pedagang BBM eceran/RMOLJatim
Botol kosong milih pedagang BBM eceran/RMOLJatim

Asosiasi Toko Kelontong Sumenep (ATKS) se Surabaya Raya, meliputi Surabaya, Sidoarjo dan Gresik mulai mengeluhkan dampat pelarangan pembelian BBM menggunakan jeriken. Akibatnaya, banyak toko kelontong yang semula menjual BBM eceran tidak lagi bisa berjualan. 


Mifathul Munir, selaku ketua ATKS se Surabaya Raya menjelaskan, para pedagang mulai kesulitan mendapatkan BBM dengan jeriken sejak penetapan BBM jenis Pertalite sebagai BBM bersubsidi serta kenaikan BBM Pertamax pada 1 April lalu. 

"Para pdagang toko kelontong asal Sumenep, khususnya yang berjualan di Surabaya Raya sangat merasakan betul dampaknya. Ini juga berdampak pada omset penjualan, karena mayoritas toko kelontong menjual bensin eceran," kata Miftah. 

Miftahul Munir berharap, pemerintah serta pihak-pihak terkait bisa mencarikan jalan keluarnya. Sebab, para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sektor kelontong ini sangat dirugikan dengan kebijakan tersebut. 

"Toko kelontong ini bentuk dari semangat menghidupkan ekonomi kerakayatan. Kita tahu, UMKM kelontong juga memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, maka, seyogyanya pemerintah bisa memberikan kebijakan khusus bagi pedagang bensin eceran," harap Miftahul Munir. 

Caption : toko kelontong di Surabaya/RMOLJatim.

Miftahul Munir juga mengungkapkan keluh kesah para pedagang kelontong yang menjual bensin eceran. Saat ini, mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit, yakni susahnya mendapat BBM jenis Pertalite dan mahalnya BBM jenis Pertamax. 

"Kami ini dilema, nyari Pertalite susah, jual Pertamax konsumen tidak mau karena terlalu mahal," cerita Miftahul Munir. 

Untuk itu, lanjut Mifrahul Munir, ATKS se Surabaya Raya berencana untuk melakukan audiensi dengan pihak Pertamina Region V, ia pun meminta dukungan dari Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, Bupati, Sidoarjo, Ahmad Muhdlor (Gus Muhdor) dan Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani (Gus Yani). 

"Kami ingin mereka mendengar keluhan kami. Mudah-mudahan segera ada solusi," tutupnya.