Harga Anjlok, Produksi Tembakau di Sumenep Menurun

Ilustrasi petani saat menyiram tembakau/Ist
Ilustrasi petani saat menyiram tembakau/Ist

Produksi petani tembakau di Kabupaten Sumenep setahun terakhir mengalami penurunan hampir 50 persen. Harga jual diduga sebagai pemicu penurunan tersebut.


Pada 2020, luas tanam tembakau yakni 14.337,73 Hektare (ha), Jumlah tanam mencapai 5.901,59 ton dan produksi siap jual 700,41 kg/ha

Sementara pada 2021, luas area tanam turun menjadi 9.811 Hektare, Jumlah tanama 6.705,59 ton dan produksi jadi 702,02 Kg/ha.

Sementara Biaya Pokok Produksi (BPP) tembakau yang ditentukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumenep terhadap gudang mitra kerjanya pada 2021 yakni, untuk tembakau gunung Rp 49.450 ribu, tegal gunung Rp 45.173 ribu dan tembakau sawah tegal Rp30.576 ribu.

Tahun lalu pula, DKPP Sumenep kerjasama dengan Gudang Tembakau PT. Gelora Djaja yang dicanangkan untuk membeli tembakau petani Sumenep sekitar 300 ton, dan PT Dipta Giri Sentosa sekitar 1.500 ton.

Sementara untuk tahun ini, belum ada keterangan dari DKPP Sumenep saat ditemui Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (6/15) lalu.

Kepala Bidang (Kabid) Sarana DKPP Sumenep Rina Suryandari hanya menegaskan bahwa pihaknya setiap tahun telah bekerja sama dengan gudang PT Djarum. Kerjasama tersebut untuk berbagi pengetahuan mengenai kualitas produksi tanaman tembakau.

"Bagaimana kualitas yang baik, mulai dari proses tanam, kondisi tanah yang pas hingga perjangan dan tahap mengemas," terangnya.

Ia mengaku, kendati telah bekerjasama pihaknya tidak bisa menyepakati soal harga jual di gudang. "Soal harga mereka punya patokan sendiri. Jadi kami kerjasama hanya sebatas itu," ujarnya.

Daerah pertanian tembakau di Kabupaten Sumenep meliputi Kecamatan Pasongsongan, Ambunten, Rubaru, Dasuk, Guluk-Guluk, Ganding, Lenteng, Bluto, Pragaan dan Saronggi.