Prihatin Dengan Wabah PMK, Fraksi Gerindra DPRD Jatim Makan Daging Sapi Bareng

Fraksi Gerindra DPRD Jawa Timur prihatin dengan wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang membuat peternak di Jatim terpuruk.


Sebagai wujud solidaritas, anggota fraksi Gerindra DPRD Jatim berkumpul dan makan bareng daging sapi di kantor DPRD Jatim pada Kamis (16/6). Acara yang diberi tema

“Makan Daging Sapi, Siapa Takut?” itu bertujuan agar masyarakat tidak panik untuk memakan daging sapi, sehingga membuat harga sapi di petani tetap stabil.

“Kami prihatin dengan penyakit PMK. Apalagi mendekati Idul Adha dan tentunya sangat memukul peternak yang ada di Jatim,” kata ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim Muhamad Fawait.

Anggota DPRD Jatim dari Dapil Jember-Lumajang itu berharap agar Pemprov Jatim cepat mencarikan solusi, agar ekonomi peternak bisa bangkit. Salah satunya adalah mempercepat vaksinasi pada hewan ternak dan edukasi cara perawatan sapi dan kambing yang benar.

“Ini perlu segera diatasi, vaksin alhamdulillah hari ini sudah datang dan harus digelontorkan segera ke para peternak. Saya di daerah mendapat banyak keluhan karena PMK ini ibarat kata peternak lebih berbahaya dari Covid 19. Kalau Covid 19 warga yang kena bisa diisolasi, ini kalau sapi peternak kena PMK dan mati mereka jadi bingung mau makan apa,” tambah Bendahara DPRD Gerindra Jatim itu.

 Sementara itu, anggota Fraksi Gerindra DPRD Jatim, Benjamin Kristanto mengatakan, PMK merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Agen penyebab penyakit PMK adalah virus RNA yaitu Apthouvirus yang berasal dari golongan Picornavirus.

Penyakit PMK dapat menjangkiti berbagai jenis hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Beberapa jenis hewan liar seperti babi hutan, rusa dan gajah juga bisa terinfeksi penyakit ini.

“Penyakit PMK mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar akibat penurunan produksi ternak secara drastis meskipun tidak semua hewan yang terinfeksi mengalami kematian,” tambahnya.

Anggota DPRD Jatim dari Dapil Sidoarjo itu mengatakan, penyakit PMK tidak menular ke manusia, sehingga sejauh ini daging sapi tetap aman dikonsumsi. Dengan catatan, daging dimasak dengan kematangan yang maksimal.

“Saya kira aman untuk dikonsumsi. Saya mengimbau agar memilih daging yang kenyal dan masih segar, setelah mendapatkan daging harus dicuci bersih dan dimasak sampai benar-benar matang,” tambahnya.

 Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jatim, Hadi Dediansyah berharap agar Pemprov Jatim memberikan subsidi bagi peternak sapi yang terkena dampak PMK. Menurut dia, Pemprov Jatim harus menggulirkan anggaran untuk memberikan subsidi, untuk mengangkat ekonomi petani yang ada di Jatim.

“ketika ada peternak sapi tentunya yang terdaftar bukan peternak jadian atau musiman.

Khusus peternak sapi terdaftar pemerintah provinsi harus mengalokasikan subsisi untuk peternak sapi yang gagal panen,” jelasnya.

Selain dana darurat untuk subsidi peternak sapi, Pemprov Jatim juga diminta membantu anak peternak dengan memberikan beasiswa atau bantuan dana pendidikan, supaya mereka tidak terkendala ketika mauk sekolah baru.

In ikan pendaftaran murib baru. Jadi harus ada kebihjakan dari Pemprov untuk membantu anak peternak sapi,” pungkasnya.

Dari data yang dihimpun, jumlah hewan ternak di Jawa Timur yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) menembus angka 50.971 ekor. Sebanyak 208 ekor mati dan 178 ekor dipotong paksa akibat terpapar PMK.

Jumlah hewan yang terserang PMK itu tersebar di 31 kabupaten/kota di Jatim. Terdapat 4 daerah yang masuk kategori wabah antara lain Sidoarjo, Lamongan, Gresik dan Kabupaten Mojokerto.

Selanjutnya, di 27 kabupaten/kota yang masuk wilayah kategori tertular yakni Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jombang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Jember, Magetan, Kota Surabaya.