Pengasuh Ponpes di Banyuwangi Diduga Cabuli 6 Santri, Ini Kronologi Versi Paman Korban

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Paman dari salah satu korban, Priyo, membeberkan kronologi terjadinya pencabulan terlapor F, pengasuh Pondok Pesantren di Kecamatan Singojuruh.


Kasus ini terungkap, saat keponakannya, DC (perempuan) yang mondok di ponpes tersebut curhat kepada teman santri wanitanya.

 Setelah itu, teman santri yang dicurhati oleh keponakan Priyo justru mengaku mendapat perlakuan tak senonoh dari pengasuh ponpes, F.

 Dari cerita itu, sampailah kabar yang mengejutkan ini kepada keluarga korban, termasuk Priyo.

 Usai mendapat kabar tersebut, Priyo mengaku kepada wartawan melakukan penelusuran. Dia mendapati bahwa kasus ini terjadi di Bulan Oktober tahun 2021.

 Ketika itu, kata dia, ada seorang santri putra dipanggil oleh F, untuk memijat diduga terlapor.

 “Awalnya memijat, lalu disuruh rebahan dan di dekap serta dipaksa untuk membuka sarung dan diduga akan disodomi,” ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (23/6).

Sesaat kemudian terlapor F tertidur, dan santri putra itu beranjak keluar dari dalam ruangan tersebut.

Keesokan harinya terlapor F memanggil santri putra lainnya, bahkan hingga korban yang ketiga.

 “Mereka ditakut-takuti, ‘kalian tahu kan kalau saya marah’ kira-kira seperti itu kepada santri putra,” katanya bercerita.

 Sedangkan, kepada santri putri, Tobi sapaan akrabnya menambahkan, berbeda lagi modusnya. Yakni, dengan cara menanyai apakah masih perawan atau tidak.

 

Dengan alibi itu, terlapor F mulai beraksi dengan meraba bagian fital santri putri, dengan maksud dilihat apakah masih perawan atau tidak.

 

Dari lima santri putri tersebut, mengaku ada yang disetubuhi dan 3 lainnya menolak aksi bejatnya.

 

“Ada yang diberi makanan atau minuman, dugaan saya obat penenang, dextro dan lemas. Tapi ada santri yang tidak mempan setelah diberi itu,” beber tobi.

 

Peristiwa yang menimpa santri putri ini pengakuan korban terjadi di Bulan Mei tahun ini. Bahkan ada yang sampai diajak hingga 3 kali dan diajak untuk dinikahi.

 

Tobi menduga, masih ada santri lainnya yang menjadi korban perlakuan bejat oknum tokoh tersebut. Diduga terdapat belasan korban.

 

“Kebanyakan dari korban yang saya temui belum melapor itu sampai saat ini saya tahan untuk tidak melapor, rata-rata itu dipegang bagian dada dan pantat, sampai belasan itu jumlahnya,” katanya.